Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Ada Kubu-kubuan Lagi di Polri

Kompas.com - 10/06/2011, 14:03 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Komisi III DPR,  Nasir Jamil, berharap tak ada lagi sentimen antarkubu dalam internal Polri dalam penentuan Kabareskrim baru, pengganti Komjen Ito Sumardi. Semua kubu di tubuh kepolisian harus satu padu mendukung siapa pun nama-nama yang akan diajukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan kemudian dipilih oleh Dewan Kebijakan Tinggi Polri atau Wanjakti Polri.

"Harapan kami tidak ada kubu-kubuan. Khawatir nanti kalau satu naik, yang satu enggak dapat tempat. Polri harus tunjukkan kekompakan untuk mencari isi Kabareskrim. Perannya sentral, kan," katanya kepada wartawan, Jumat (10/6/2011).

Menurut Nasir, menurut informasi yang diterimanya, dua nama calon menguat di internal kepolisian, yaitu Irjen Sutarman (Kapolda Metro Jaya, Akpol 1981) dan Irjen Iskandar Hasan (Kapolda Aceh, Akpol 1980). Namun, usulan nama-nama kembali pada selera Presiden sebelum diajukan kepada Kapolri untuk dipilih melalui Wanjakti.

Politikus PKS itu melihat Presiden menginginkan Kapolri melakukan pembersihan di internal Polri. Karena itu, Kabareskrim yang akan dipilih tentu adalah jenderal yang memiliki integritas dan kapasitas tinggi.

"Reskrim itu, kan, core di kepolisian. Kalau kemudian ditempatkan jenderal yang bermasalah, makanya harus hati-hati sekali. Jangan sampai kemudian setelah di Kabareskrim muncul isu macam-macam. Namun, alangkah baiknya jika benar-benar clean sehingga mudah untuk menjalankan reformasi di tubuh kepolisian," ujarnya.

Selain itu, Nasir juga mengatakan fungsi penyelidikan dan penyidikan. Selama ini, Nasir menilai fungsi ini belum tajam dilakukan oleh Kabareskrim sebelumnya. Nasir berharap Kabareskrim baru memiliki kapasitas untuk menjamin kinerja badan Pengawas Penyidikan (Wasdik) karena badan ini merupakan penentu dilanjutkan atau tidak proses hukum di kepolisian. Kabareskrim baru juga diharapkan bisa berbenah dalam teknologi dan jaringan.

Menurut Nasir, pelaku kejahatan belakangan ini memiliki teknik makin canggih. Kecenderungan ini merupakan tantangan bagi Polri, terutama Direktorat Reskrim. "Kalau tidak mengimbangi ini tentu akan kalah," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com