Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Golkar: Koalisi Masih Boleh Berbeda

Kompas.com - 24/05/2011, 12:43 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso mengatakan tak ada hal mengejutkan dalam draf kontrak koalisi yang baru. Menurut Priyo, pengaturan lebih ketat terhadap anggota koalisi yang tidak sepaham bukan berarti melarang partai anggota koalisi memiliki pendapat berbeda.

"Bahwa dalam penandatanganan bukan hal mengejutkan dan bukan hal baru. Hanya penegasan keinginan anggota Setgab Koalisi untuk merekatkan bangunan koalisi, ikhtiar substansi mengenai pokok-pokok di seluruh anggota koalisi, dan di situ masih ada klausul memberikan peluang (untuk berbeda pendapat) ke anggota koalisi dan dissenting opinion," ungkapnya di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (24/5/2011).

Kalaupun ada sanksi-sanksi yang diatur di dalamnya, Priyo mengatakan itu merupakan turunan dari hak prerogatif Presiden sebagai kepala pemerintahan dan juga sebagai pemimpin koalisi. Dengan demikian, hak untuk mengevaluasi keberadaan partai politik tertentu dalam koalisi dan menterinya dalam kabinet merupakan hak penuh Presiden. Namun, Partai Golkar tetap berkomitmen mendukung pemerintahan SBY-Boediono hingga 2014.

"Tidak harus semua policy pemerintah disetujui. Golkar tetap berpandangan mengawal pemerintahan SBY, tetapi kami tidak harus bertekuk lutut atas semua policy pemerintah," tambahnya.

Wakil Ketua DPR ini tidak melihat dampak lemahnya fungsi parlemen dengan keberadaan kontrak koalisi yang baru, yang memuat sanksi bagi anggota yang berbeda paham. Pasalnya, sebagian besar anggota parlemen adalah dari Demokrat dan partai-partai koalisinya. "Apakah kemudian kita memaksakan semua RUU yang diajukan pemerintah? Tidak. Kalau perlu Golkar menentang di depan," ucap Priyo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com