Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Soeharto di Cilacap Tahun 1997

Kompas.com - 24/05/2011, 03:33 WIB

Hari Kamis, 17 April 1997, 10 hari sebelum dimulainya kampanye pemilihan umum tahun 1997, Presiden Soeharto datang ke Cilacap, kota yang berhadapan dengan Pulau Nusakambangan, Jawa Tengah. Para wartawan istana saat itu tiba ke Cilacap pada Rabu dengan kereta api.

Gejolak politik Indonesia saat itu cukup panas. Penulis buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 dari Australia, MC Ricklefs, mencatat, kampanye pemilu saat itu (April dan Mei 1997) merupakan kampanye paling brutal dalam sejarah pemerintahan Soeharto.

Suhu politik panas karena Golkar melancarkan aksi kuningisasi. Sementara di dalam tubuh Partai Demokrasi Indonesia (PDI) terjadi pertentangan PDI Soerjadi yang didukung pemerintah melawan PDI pro Megawati Soekarnoputri.

Suasana lebih panas lagi karena muncul tudingan, Soeharto saat itu menciptakan budaya kepemimpinan dinasti. Tuduhan itu dibantah secara terbuka oleh Ny Siti Hardiyanti Rukmana atau Mbak Tutut dalam kampanyenya di Sukoharjo (Jawa Tengah) saat itu

Di Cilacap, Soeharto meresmikan secara simbolis enam pabrik, yakni pabrik tepung terigu Citra Flour Mills Persada (lokasi pabrik di Cilacap), pabrik polypropylene PT Polytama Propindo dan pabrik katalis PT Katalis Indrotama (keduanya di Indramayu), pabrik semen Nusantara Cilacap, serta pabrik semen Tuban II PT Semen Gresik dan pabrik semen Uni X PT Indocement Tunggal Perkasa.

Acara Soeharto di Cilacap ini dihadiri sekitar 25.000 orang undangan. Meriah sekali. Sebagian Pulau Nusakambangan diselimuti kain besar berwarna kuning dengan gambar pohon beringin hijau. Suasana panasnya politik tidak terasa di kawasan tempat acara itu.

Panas suhu politik baru terasa di sebuah tempat sekitar 15 kilometer dari berlangsungnnya acara Presiden Soeharto. Di situ puluhan kader PDI pro Megawati dipimpin seorang wanita kurus berambut ikal bergelombang berbaju merah marun, Rustriningsih, sedang berusaha membebaskan rekan mereka bernama Yuli yang ditahan di pos polisi karena mencabut puluhan bendera PDI pro Soerjadi.

”Suasana di sini tegang sekali karena kawasan ini sedang disterilisasi menyambut kedatangan Presiden Soeharto,” kata Rustriningsih kepada wartawan istana saat itu.

Menurut Rustriningsih, aparat keamanan tidak ingin ada huru-hara politik saat Soeharto ada di Cilacap.

Setelah Soeharto meninggalkan Cilacap, Rustriningsih berhasil membebaskan Yuli secara paksa. Rustriningsih yang kurus kering itulah yang kemudian berhasil membuat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kabupaten Kebumen diakui pemerintah setempat, sebelum PDI-P di lain tempat, termasuk di Jakarta, diakui pemerintah pada tahun 1998.

Kini Rustriningsih terpinggirkan dari PDI-P karena kuatnya arus aliran sistem dinasti dalam kepemimpinan partai politik.(J Osdar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com