Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Mahfud, Anas Angkat Bicara

Kompas.com - 23/05/2011, 08:02 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrun angkat bicara setelah Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD melaporkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat (20/502011) lalu, perihal pemberian uang oleh Bendahara Umum Partai Demokrat M. Nazaruddin kepada Sekjen MK Djanedri M Gaffar. 

Hari ini, dalam wawancaranya dengan Metro TV, Mahfud juga menyebutkan bahwa Djanedri pernah bertemu bertiga dengan Anas dan Nazaruddin. Mahfud meminta Anas memberikan klarifikasi atas perkenalannya dengan Djanedri, menyusul bantahan Nazaruddin bahwa dirinya tak mengenal Sekjen MK tersebut. 

Menurut Anas, dalam pernyataan yang dikirimkannya kepada wartawan, Minggu (22/5/2011) malam, perkenalan dengan Sekjen MK terjadi tahun 2008 saat kegiatan Temu Wicara Kesadaran Berkonstitusi. "Kerjasama MK dan DPP PD (Partai Demokrat). Ketua MK masih Pak Jimly (Jimly Asshiddiqie). Sekjen sudah Pak Djanedri (yang sekarang). Di sela-sela kegiatan itu pernah makan-makan. Ada saya, Sekjen MK dan fungsionaris DPP PD, ingat saya termasuk hadir Nazar (Nazaruddin)," jelasnya.

Apa perbincangan dalam pertemuan itu? Dikatakan Anas, tidak ada topik spesifik yang dibicarakan. "Karena makan-makan, ya tidak ada topiknya. Sangat tidak tepat kalau dikaitkan dengan kasus yang diramaikan sekarang ini. Terus terang saya kurang happy kalau hal yang tidak terkait lantas dikait-kaitkan. Publik bisa salah mencerna dan saya bisa dirugikan," kata Anas.

Terkait pernyataan Mahfud, ia mengaku sudah menghubungi yang bersangkutan dan meminta klarifikasi atas pernyataannya. "Beliau (Mahfud) menyampaikan bahwa tidak bermaksud mengkaitkan," katanya.

Selanjutnya, Anas meminta agar media meminta informasi dari Mahfud dan Djanedri. "Biar tidak berkembang informasi yang di luar konteks," ujar Anas.

Seperti disampaikan Mahfud, pada September 2010, Nazaruddin menyerahkan dua amplop berisi uang 120 ribu dollar Singapura kepada Djanedri. Tidak diketahui apa motif pemberian uang tersebut. Sehari setelah diterima, uang dikembalikan ke kediaman Nazaruddin.

Mahfud mengaku sudah melaporkan hal tersebut kepada Presiden Yudhoyono pada November tahun lalu. Ia tidak melaporkan ke KPK karena menilai hal tersebut tak ada unsur pidana dan sebaiknya diselesaikan di internal Demokrat.

Nama Nazaruddin saat ini tengah menjadi sorotan setelah diduga terlibat dalam kasus dugaan suap proyek pembangunan wisma atlet Sea Games. Akan tetapi, Nazaruddin membantah terlibat dalam kasus yang menjerat Sekretaris Menpora Wafid Muharram tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Mutasi Polri, Brigjen Suyudi Ario Seto Jadi Kapolda Banten, Brigjen Whisnu Hermawan Jadi Kapolda Sumut

    Mutasi Polri, Brigjen Suyudi Ario Seto Jadi Kapolda Banten, Brigjen Whisnu Hermawan Jadi Kapolda Sumut

    Nasional
    Pakar Hukum Minta Bandar Judi Online Dijerat TPPU

    Pakar Hukum Minta Bandar Judi Online Dijerat TPPU

    Nasional
    Pemerintah Tak Bayar Tebusan ke Peretas PDN, Data Kementerian/Lembaga Dibiarkan Hilang

    Pemerintah Tak Bayar Tebusan ke Peretas PDN, Data Kementerian/Lembaga Dibiarkan Hilang

    Nasional
    Pimpinan Komisi VII Wanti-wanti Pengelolaan Tambang Ormas Rentan Ditunggangi Konglomerat

    Pimpinan Komisi VII Wanti-wanti Pengelolaan Tambang Ormas Rentan Ditunggangi Konglomerat

    Nasional
    745 Personel Polri Dimutasi, Kadiv Propam Irjen Syahardiantono Naik Jadi Kabaintelkam

    745 Personel Polri Dimutasi, Kadiv Propam Irjen Syahardiantono Naik Jadi Kabaintelkam

    Nasional
    Pesan Panglima TNI untuk Pilkada 2024: Jika Situasi Mendesak, Tugas Prajurit Melumpuhkan, Bukan Mematikan

    Pesan Panglima TNI untuk Pilkada 2024: Jika Situasi Mendesak, Tugas Prajurit Melumpuhkan, Bukan Mematikan

    Nasional
    Pemerintah Akui Tak Bisa Pulihkan Data Kementerian/Lembaga Terdampak Peretasan PDN

    Pemerintah Akui Tak Bisa Pulihkan Data Kementerian/Lembaga Terdampak Peretasan PDN

    Nasional
    Pilkada 2024, TNI Siapkan Personel Cadangan dan Alutsista jika Situasi Mendesak

    Pilkada 2024, TNI Siapkan Personel Cadangan dan Alutsista jika Situasi Mendesak

    Nasional
    Soal Anggota Dewan Main Judi Online, Johan Budi: Bukan Lagi Sekadar Kode Etik, tapi Sudah Pidana

    Soal Anggota Dewan Main Judi Online, Johan Budi: Bukan Lagi Sekadar Kode Etik, tapi Sudah Pidana

    Nasional
    Belum Ada Pendaftar di Hari Pertama Pendaftaran Capim dan Dewas KPK

    Belum Ada Pendaftar di Hari Pertama Pendaftaran Capim dan Dewas KPK

    Nasional
    Puan Bicara Peluang PDI-P Usung Kader Sendiri di Pilkada Jakarta, Sebut Banyak yang Menonjol

    Puan Bicara Peluang PDI-P Usung Kader Sendiri di Pilkada Jakarta, Sebut Banyak yang Menonjol

    Nasional
    Wasekjen PKB Ingatkan Duet Anies-Sohibul di Jakarta Berisiko 'Deadlock'

    Wasekjen PKB Ingatkan Duet Anies-Sohibul di Jakarta Berisiko "Deadlock"

    Nasional
    Soroti Minimnya Kamar di RSUD Mas Amsyar, Jokowi: Hanya 53, Seharusnya Bisa di Atas 100

    Soroti Minimnya Kamar di RSUD Mas Amsyar, Jokowi: Hanya 53, Seharusnya Bisa di Atas 100

    Nasional
    PKB Belum Tentu Dukung Anies Usai PKS Umumkan Duet dengan Sohibul Iman

    PKB Belum Tentu Dukung Anies Usai PKS Umumkan Duet dengan Sohibul Iman

    Nasional
    Mantan Kabareskrim: Saya Tidak Yakin Judi Online Akan Terberantas

    Mantan Kabareskrim: Saya Tidak Yakin Judi Online Akan Terberantas

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com