Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesantren Al-Zaytun Terkait NII?

Kompas.com - 11/05/2011, 04:37 WIB

Pondok Pesantren Al-Zaytun di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, dalam sepekan terakhir ramai dibincangkan dan kerap dikaitkan dengan jaringan Negara Islam Indonesia. Pimpinannya, Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang, disebut-sebut sebagai pimpinan NII Komandemen Wilayah IX.

Lokasi yang relatif terpencil, sekitar 25 kilometer dari jalur utama pantai utara Jawa, membuat pesantren ini sukar dijangkau. Terlebih jalan akses menuju pesantren dalam kondisi rusak berat. Aspal mengelupas dan berlubang di sana-sini. Pada beberapa segmen lubang itu membentuk kubangan berisi air hujan dan lumpur. Jika tidak berhati-hati, kendaraan bisa terjebak.

Kondisi jalan yang rusak berat tersebut kontras dengan kondisi Al-Zaytun. Pesantren dengan luas sekitar 1.200 hektar itu seperti istana di tengah persawahan. Terkucil dari keramaian, pesantren itu megah dengan pagar beton di sekelilingnya.

Di pintu masuk, petugas keamanan bersiaga. Areal parkir didominasi sepeda milik santri dan tamu. Kendaraan bermotor dilarang melintasi areal pembelajaran, kecuali tamu khusus yang memiliki izin atau wali santri yang menjenguk anaknya.

Sebagian besar santri mengayuh sepeda dan berjalan kaki. Seperti ditemui Jumat (6/5) lalu, sejumlah santri memarkir sepedanya di pelataran gedung pembelajaran. Mereka mesti melintasi marka khusus untuk sepeda dan pejalan kaki. ”Sejak dini santri diajari untuk menaati aturan lalu lintas,” kata Mulyadi (33), pemandu di Al-Zaytun.

Pesantren itu memiliki lima gedung yang dijadikan pusat pembelajaran untuk tingkat madrasah ibtidaiyah (SD), madrasah tsanawiyah (SMP), dan madrasah aliyah (SMA). Setiap gedung bertingkat lima dengan tinggi bangunan sekitar 20 meter. Asrama untuk santri laki-laki dan perempuan dibedakan. Selain itu, ada wisma tamu yang dinamai Al-Ishlah.

Panji Gumilang tinggal di gedung yang dinamai Masyikhoh. Di depan gedung itu terdapat kolam ikan Al-Kautsar yang setiap hari dipanen untuk dikonsumsi warga pesantren.

Pesantren yang diresmikan BJ Habibie pada 27 Agustus 1999 itu juga memiliki usaha perkebunan kacang tanah, peternakan sapi perah, dan pertanian organik. Seluruh hasil olahan dari dalam pesantren dimanfaatkan kembali untuk warganya.

Saat ini ada 3.499 santri di Al-Zaytun. ”Untuk memenuhi kebutuhan nasi, misalnya, dalam sehari 3,5 ton beras ditanak,” kata Panji mencontohkan.

Sejumlah santri mengaku tak menerima pembelajaran di luar kurikulum umum. ”Saya mendapatkan pelajaran yang sama dengan teman-teman di sekolah umum. Bedanya, saya mendapatkan tambahan pelajaran mengaji,” kata Nur Asfarina (13), santri kelas VII (kelas I SMP).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com