Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merpati Jatuh, 27 Tewas

Kompas.com - 08/05/2011, 02:30 WIB

Manokwari, Kompas - Pesawat Merpati bernomor penerbangan MZ-8968 tujuan Sorong-Kaimana-Biak jatuh dan hancur di laut, 500 meter dari Bandar Udara Utarom, Kaimana, Papua Barat, Sabtu (7/5). Semua penumpang yang berjumlah 21 orang dan 6 awak pesawat tewas.

Kepala Bandara Utarom Gagarin Moniaga menyebutkan, pesawat tersebut jatuh pukul 13.45 WIT, beberapa menit sebelum jadwal pendaratannya di Kaimana. Pesawat diduga mengalami kerusakan mesin. Sebab, sekitar 10 menit sebelum jatuh, pilot Purwadi Wahyudi masih sempat mengontak petugas bandara.

”Tiba-tiba saja komunikasi terputus, lalu pesawat jatuh di sisi selatan bandara. Badan pesawat hancur karena meledak lebih dulu,” ujar Gagarin yang dihubungi dari Manokwari, Papua Barat.

Pesawat buatan China itu terbang dari Sorong pada pukul 12.40 WIT dan dijadwalkan mendarat di Kaimana pukul 14.10.

Menurut Gagarin, cuaca saat kejadian sangat buruk. Hujan disertai angin kencang menyulitkan jangkauan pandang awak pesawat. Pesawat yang sudah bersiap-siap mendarat tiba-tiba terangkat kembali akibat angin yang bertiup kencang.

Gagarin menambahkan, kondisi landasan sepanjang 1.600 meter itu layak didarati dan bersih dari gangguan. Tidak ada alasan pesawat membatalkan mendarat di landasan 01 arah timur. Pesawat Merpati jenis MA-60 pun sudah biasa mendarat di Bandara Kaimana.

Warga di Kaimana, Dian Yasmin (30), mengatakan, cuaca di Kaimana sejak Sabtu pagi hingga sore memang buruk, bahkan sempat terjadi badai ringan.

Kepala Operasi Pengisian Bahan Bakar Pertamina Bandara Utarom Hayat Laobo menambahkan, tubuh pesawat itu hancur berkeping-keping saat menghunjam ke laut.

Pesawat datang dari arah timur dan sudah pada posisi final untuk mendarat di landasan 01. ”Namun kira-kira 200 meter dari ujung landasan, pesawat tampak menambah tenaga untuk terbang lagi,” kata Hayat.

Ia tidak mengetahui situasi dan kondisi yang memaksa pilot kembali menambah tenaga dan membelokkan pesawat ke arah selatan. Begitu pesawat mulai menanjak dan berbelok ke kiri, pesawat jatuh ke laut.

Menurut dia, pesawat tampak terlalu miring. ”Sayap kiri tegak lurus dengan laut dan kemudian tiba-tiba pesawat jatuh berkeping-keping,” kata Hayat.

Pesawat jatuh sekitar 100 meter dari bibir pantai. Saat itu laut sedang pasang, tetapi kedalaman air di titik jatuhnya pesawat hanya 2 meter-3 meter.

Selang 15 menit pasca-kecelakaan, pihak bandara bersama TNI/Polri, pemerintah daerah, dan warga setempat mengevakuasi jenazah di perairan Kaimana. Mereka menggunakan tiga kapal (ikan) dan perahu nelayan untuk mencari jenazah yang terapung dan tenggelam di laut bersama serpihan pesawat.

Arus air bawah laut cukup menyulitkan upaya pencarian jenazah. Hingga pukul 19.00 WIT, baru 17 jenazah yang ditemukan. Sebagian besar kondisi jenazah sudah tidak utuh sehingga sulit dikenali. Petugas langsung membawanya ke Rumah Sakit Umum Kaimana.

Menurut Gagarin, pencarian dilanjutkan Minggu pagi ini.

Berdasarkan informasi dari Kepolisian Daerah Papua, di antara 21 penumpang pesawat tersebut terdapat Ajun Komisaris Teddy Effendy, Kepala Bagian Operasi Polres Kaimana, yang terbang bersama istri, Irma, dan anaknya, Abi. Belum diperoleh nama semua korban, tetapi otoritas memastikan jumlahnya 27 orang.

Duka pemimpin ASEAN

Di Jakarta, sebelum jamuan makan malam para pemimpin negara anggota ASEAN, Sabtu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak para undangan untuk mengheningkan cipta. Peserta jamuan makan malam pun hening selama sekitar satu menit untuk menghormati korban tewas dalam kecelakaan pesawat di Papua Barat.

”Saya ingin menyampaikan kabar kecelakaan yang baru saja terjadi di Papua Barat yang menyebabkan korban jiwa. Saya yakin Anda semua ikut menanggung kesedihan yang kini dirasakan orang Indonesia. Mari kita mengheningkan cipta,” ujar Yudhoyono di hadapan para pemimpin negara anggota ASEAN lainnya.

Baju batik yang dipakai Yudhoyono pada saat itu serupa dengan batik yang dikenakan para kepala negara Asia Tenggara.

Pernah ditolak Jusuf Kalla

Menurut informasi yang dihimpun Kompas, rencana pembelian pesawat buatan China itu pernah batal karena ditolak oleh Wakil Presiden (2004-2009) Muhammad Jusuf Kalla. Ketika dikonfirmasi semalam, Kalla membenarkan hal itu.

”Oh iya, betul. Waktu itu rencana pembelian pesawat tersebut memang saya tolak,” katanya.

Alasan penolakan Kalla ketika itu karena jenis pesawat tersebut belum memiliki sertifikasi dari Federal Aviation Administration (FAA) sehingga bisa dianggap sebagai produk percobaan. ”Masa kita mau membeli pesawat yang belum memiliki sertifikat FAA. Itu kan berarti masih produk percobaan. Berbahaya sekali,” katanya.

Waktu itu, kata Kalla, disetujui jika pesawat itu menggunakan sistem sewa (leasing) sehingga tanggung jawab teknis ada pada pihak China.

Merpati berencana menerbangkan 15 pesawat MA-60. ”Sertifikasi dari FAA pada dasarnya tak harus diambil. Namun, apabila MA-60 lolos dari sertifikasi FAA, keselamatan penerbangannya lebih terjamin,” kata pengamat penerbangan Dudi Sudibyo.

Dudi mengatakan, pesawat buatan Indonesia, yakni CN-235, masih lebih bagus karena telah lolos sertifikasi FAA. CN-235 bahkan dioperasikan oleh US Coast Guard, South Korean Air Force, French Air Force, dan Merpati.

Menurut Dudi, harus diselidiki apakah jatuhnya pesawat terkait persoalan teknis. ”Masyarakat butuh kebenaran dan butuh kepastian tentang keamanan pesawat itu. Komite Nasional Keselamatan Transportasi harus bekerja keras,” ujarnya.

Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XI DPR pada Juni 2009, Direktur Utama Merpati Bambang Bhakti mengungkapkan, pihaknya pernah menghentikan pengoperasian (grounded) MA-60 buatan Xian Aircraft asal China karena keretakan di rudder (sayap bagian belakang pesawat).

”Sebenarnya pesawat ini telah disertifikasi oleh China dan Pemerintah Indonesia. Jadi tidak ada masalah terbang di sini,” kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Herry Bhakti saat jumpa pers pada Sabtu malam.

(THT/JOS/ATO/RYO/DIS)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com