Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terjemahan yang Menyemai Bibit Terorisme

Kompas.com - 07/05/2011, 21:59 WIB

Dari Majelis Mujahidin hadir antara lain Ust. Muhammad Thalib (Amir), Irfan S. Awwas (Ketua Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin), Ust. Abu Jibril dan lainnya. Selain itu juga hadir tim revisi terjemahan Al-Qur`an tahun 1998-2002, yaitu Dr. Ahsin Sakho Muhammad (Rektor Institut Ilmu Al-Qur`an Jakarta/ Ketua Tim Revisi) dan Prof. Dr. KH. Ali Musthafa Ya`qub (Wakil ketua Tim Revisi).

Dialog dilaksanakan sebagai respon Kementerian Agama terhadap beberapa masukan Majelis Mujahidin berupa hasil kajian dan penelitian Amir Majelis Mujahidin terhadap terjemahan Al-Qur`an yang diterbitkan oleh Kementerian Agama.

Terorisme?

Mengaitkan aksi terorisme dengan terjemahan Al-Quran adalah tidak tepat, karena selain mengingkari karakter terjemahan yang memiliki sejumlah keterbatasan, juga mengabaikan fakta bahwa aksi tersebut dilatarbelakangi faktor sosial, politik, ekonomi dan sebagainya.

Pernyataan tersebut dikemukakan Kepala Bidang Pengkajian Al-Quran Lajnah Pentashihan Mushaf Al Quran Dr H Muhlis Hanafi kepada pers di Jakarta, Senin, terkait tudingan bahwa Kementerian Agama membuat kesalahan terjemahan Al-Quran yang berkontribusi  besar dalam menyemai bibit terorisme.

Hadir dalam acara tersebut Kepala Badan Litbang dan Diklat Prof. Dr. Abdul Djamil, Prof. Dr. KH. Ali Musthafa Ya’qub sebagai wakil ketua tim revisi.

Muhlis Hanafi menjelaskan, asumsi terjemahan Al-Quran memicu aksi terorisme adalah tidak tepat. Sebab, selain mengingkari karakter terjemahan yang memiliki keterbatasan yang ada padanya, juga mengabaikan fakta.

Kesalahpahaman terhadap teks-teks keagamaan (Al-Quran dan Hadist) adalah salah satunya. Penyebabnya bukan terjemahannya, tetapi pemahaman terhadap teks-teks keagamaan secara parsial, sempit dan sikap tidak terbuka terhadap berbagai perbedaan pandangan keagamaan, ia menjelaskan.

Ia melanjutkan, bila benar terjemahan sedemikian rupa yang menjadi pemicu aksi kekerasan dan basis ideologi teroris, maka tentu jumlah teroris akan lebih banyak dari yang ada sekarang. Mayoritas penduduk Indonesia akan menjadi teroris, sebab mereka mengandalkan pemahaman Al-Quran dan terjemahan, dan terjemahan Al-Quran dengan pendekatan seperti ini sudah ada sejak sebelum Indonesia merdeka.

Pemerintah Arab Saudi, ia meneruskan, juga bisa dianggap berkontribusi menyemai bibit terorisme. Sebab, setiap tahun mencetak terjemahan tersebut dalam jumlah besar dan sebagian dibagikan kepada sekitar 210.000 haji Indonesia. Padahal lembaga yang mencetaknya (Mujamma’ al-Malik Fahd) dikawal oleh para ulama yang sangat berkompeten dalam masalah Al-Quran.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com