Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Pegang Kata-kata Saya..."

Kompas.com - 05/05/2011, 04:23 WIB

DINNA WISNU

Seminggu sebelum KTT ASEAN digelar di Jakarta, PM China Wen Jiabao bertandang ke Jakarta. Pesannya tegas: China berkomitmen serius bekerja sama dengan ASEAN untuk akhiri keterbelakangan ekonomi.

Di hadapan Menlu RI Marty Natalegawa, disaksikan lebih dari 800 peserta terdiri atas anggota Kabinet Indonesia Bersatu II, anggota DPR, pemimpin parpol, dan perwakilan bisnis Indonesia dan China yang hadir di Balai Kartini, Wen berucap, ”Pe g a n g kata-kata saya. China akan memenuhi janjinya dan tetap memegang komitmen meskipun medan internasional berubah.”

Makin jelas bahwa ASEAN bak gadis belia yang menarik dan wajib dipinang segera oleh negara dunia pencari kekuasaan. Seperti layaknya pacaran, romantisme perlu. Tentu romantisnya tak boleh kalah dengan AS. Waktu Presiden AS Barack Obama ke Jakarta, kita masih ingat pesonanya ketika ia mengatakan selain sebagai presiden ia hadir sebagai teman. Dengan fasih, ia bercerita pengalaman sebagai ”anak Menteng” dan kesenangan makan bakso dan sate.

Wen memukau dengan lagu ”Ayo Mama” yang dinyanyikan di Universitas Al-Azhar, Jakarta, dan tampilan kebesaran Tembok China dan Candi Borobudur sebagai latar belakang pidatonya di Balai Kartini. Wen pun tak segan menceritakan kesulitannya tidur di waktu malam karena masih banyak orang China yang miskin dan belum punya akses kesehatan maupun jaminan sosial. Sungguh pendekatan diplomasi yang menyentuh dan dipertimbangkan secara mendalam.

China percaya siapa cepat dan memberi uang muka akan lebih dipercaya dan bisa meminang ASEAN. Ia bergerak cepat membuka kerja sama komprehensif dan strategis di segala lini, tak hanya dengan ASEAN tetapi juga dengan pemersatu ASEAN seperti Indonesia. Sampai saat ini sudah ada ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) yang mencakup kerja sama perdagangan bebas barang (sejak 2005), jasa (2007), dan investasi (2009). Pemerintah China mengaku sedang menggalakkan investornya menanamkan modal di ASEAN.

Ada jutaan dollar AS yang dialokasikan untuk mendukung pengembangan transportasi di ASEAN; mulai dari jalan raya, rel kereta api, dan kerja sama maritim yang rencananya memanjang dari utara Semenanjung Malaka hingga ke timur Pulau Jawa. Ada pula alokasi untuk memeratakan akses komunikasi dan listrik, bahkan pendidikan. Juga kerja sama di bidang jurnalisme.

Nilai penting ASEAN

Kita masih ingat, sehari setelah kunjungan Obama ke Jakarta, Ketua Parlemen China bertandang ke Presiden dan Wakil Presiden RI, menegaskan komitmennya untuk menunjang pelaksanaan ACFTA. Tak lama kemudian ada 10 juta yuan dikucurkan tunai untuk meringankan beban korban Merapi dan gempa di Sumatera Barat. Bersama PM Wen, dibawa 8 juta dollar AS dalam bentuk kredit. Ada pula kerja sama energi terbarukan, riset maritim, dan perikanan. ”Tak ada udang di balik batu. Mari kita akhiri keterbelakangan saat ini juga,” u j a r ny a .

Kita bisa membandingkannya dengan komitmen AS, misalnya. AS tak membuka kerja sama strategis dengan Indonesia ataupun ASEAN; cukup dengan kerja sama komprehensif. Poinnya di sini bukan mencari siapa memberi lebih, tetapi menyoroti nilai penting ASEAN dan Indonesia di era politik ekonomi internasional masa kini. Bukan pongah atau takabur, tapi untuk lebih mawas akan kepentingan siapa yang bermain dan apa saja taruhannya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com