Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terorisme Spiral di Cirebon

Kompas.com - 21/04/2011, 05:23 WIB

Cirebon, KOMPAS - Aksi bom bunuh diri di Cirebon dengan sasaran polisi menunjukkan telah munculnya terorisme spiral (spiral terorism) di mana titik sasarannya semakin kecil dan tak terpikirkan oleh siapa pun.

”Termasuk polisi,” kata Peneliti Senior Institute of International Studies Universitas Gadjah Mada, Eric Hiariej, di Yogyakarta, Rabu (20/4).

Sidney Jones dari International Crisis Group juga melihat terorisme berangsur-angsur berubah dari kelompok besar menjadi kelompok lebih kecil, bahkan perseorangan. Perubahan itu antara karena efektifnya penangkapan anggota kelompok besar, seperti Jemaah Islamiyah. Juga dipicu makin mudahnya memperoleh bahan-bahan, seperti buku yang dapat mendorong aksi terorisme.

Hampir senada, aktivis dakwah di Cirebon, Dede Muharram, melihat motif bom bunuh diri oleh Muhammad Syarif bersifat lokal. Ia menduga Syarif sebagai anggota kelompok yang frustrasi dengan lambannya tindakan polisi mengatasi persoalan di masyarakat yang dinilainya sebagai kerusakan moral.

Menurut Dede, Syarif selama ini aktif menentang minuman keras yang diperjualbelikan secara bebas.

Tindakan nekat Syarif juga dipicu oleh keterdesakan secara ekonomi. ”Ia kesulitan uang menghadapi kelahiran anaknya, sementara polisi mengejarnya karena sejumlah kasus kriminalitas,” ujar Dede.

Seideologi

Secara terpisah, Abdul Gofur (66), ayah Syarif, sangat yakin bahwa Syarif dan Basuki berada dalam satu kelompok, atau mempunyai ideologi yang sama. Kedua anaknya itu diketahui mulai berubah pandangan tentang agama sejak 2009. Mereka bahkan menentang keluarga sendiri karena perbedaan pandangan agama itu.

Dalam penggeledahan di rumah Basuki yang adalah adik kandung Syarif, polisi menyita sejumlah barang bukti.

Menurut Gofur, saat Syarif menikah, Agustus 2010, Basuki datang bersama 15 temannya. ”Semua memakai jubah warna hitam,”katanya. (ABK/REK/NWO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com