Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ayo, Basmi Tikus-tikus Indonesia

Kompas.com - 13/04/2011, 09:48 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — "Bapak-Ibu warga Indonesia? Bapak-Ibu cinta Indonesia? Kalau cinta, mari kita selamatkan negeri ini. Kita basmi tikus-tikus yang mengeruk kekayaan negeri ini, tikus-tikus yang menyebabkan jutaan rakyat menderita!"

Kalimat yang meluncur dari suara lantang seorang lelaki itu menggugah perhatian penumpang yang berada di gerbong KRL Ekonomi Jakarta-Bogor, Selasa (12/4/2011) malam.

Walaupun sosoknya belum terlihat, terhalang padatnya penumpang menjelang malam, daya magis pernyataan yang mengundang tanya itu mampu mengalahkan kepenatan dan kelelahan para penumpang. Mata sejumlah penumpang tampak beredar mencari sumber suara.

Beberapa saat kemudian, muncullah sosok pemuda kurus bertopi hitam dari balik deretan punggung penumpang yang berdesakan. Ternyata, ia hanyalah seorang pedagang asongan, bukan mahasiswa, bukan aktivis, ataupun orator ulung yang sedang berupaya membakar semangat massa.

Sambil menenteng dagangan racun tikusnya, ia terus menyuarakan kalimat-kalimat bernada keprihatinan sosial. "Tikus-tikus itu menuntut gedung baru, gedung yang nilainya triliunan, dengan menggunakan duit kita. Sementara itu, banyak sekolah dan rumah sakit dalam kondisi tak terawat. Itulah ulah tikus-tikus yang harus kita basmi. Jangan biarkan tikus-tikus tetap menguasai kita," lanjut si pedagang sambil menawarkan racun tikus yang dibawanya.

Beberapa penumpang yang tadinya kaget terlihat menyunggingkan senyum kecut. "Kreatif," kata penumpang yang berdiri di sebelah Kompas.com.

Dodi, nama si pedagang asongan, saat ditemui di areal Stasiun Manggarai mengatakan mendapat inspirasi dari sebuah acara TV favoritnya. "Aku tertarik sama cara kritik 'Sentilan Sentilun'. Acaranya menghibur, banyak lucunya, penuh kritik, tapi mendatangkan duit," ungkap Dodi disertai tawa.

Menurutnya, tidak ada tujuan yang berlebihan di balik caranya menawarkan dagangan. "Ada banyak pedagang asongan, pengemis, dan pengamen yang hilir mudik di kereta. Kebanyakan penumpang suka enggak peduli lagi dengan kami-kami ini. Jadi, saya pakai cara tadi biar bisa menarik perhatian," ucap Dodi. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com