Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelatihan Militer di Aceh Terorisme

Kompas.com - 11/04/2011, 11:21 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pelatihan militer oleh sekelompok orang di Pegunungan Jalin Jantho Aceh Besar pada awal tahun 2010 dinilai sebagai kegiatan terorisme. Pasalnya, aktivitas itu, mulai dari pelatihan hingga penyergapan para pelaku oleh polisi di berbagai daerah, telah membuat masyarakat luas merasa takut.

Sarlito Wirawan Sarwono, psikolog, mengatakan, terorisme adalah upaya untuk menimbulkan ketakutan pada masyarakat luas secara disengaja. Selain itu, ada motivasi tertentu dibalik upaya teror.

"Kemudian ada pesan yang ingin disampaikan. Lalu korban tidak selalu terkait dengan tujuannya. Biasanya ada nuansa politik," ucap Sarlito saat memberi keterangan di sidang terdakwa terorisme, Abu Bakar Ba'asyir di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (11/4/2011). Sarlito dihadirkan sebagai ahli oleh jaksa penuntut umum.

Ia mengatakan, pelatihan militer di Aceh bisa disebut sebagai kegiatan terorisme lantaran masyarakat di Aceh maupun di luar Aceh merasa terancam dengan aksi tembak-menembak. Terlebih lagi kelompok bersenjata itu berasal dari sipil yang tidak dikenal.

"Untuk masyarakat lokal memang timbul rasa takut sehingga lapor polisi. Kalau enggak takut enggak akan lapor polisi. Apalagi katanya masyarakat takut beraktivitas, ada yang ke polisi minta perlindungan. Masyarakat luas terkena teror saat gambar-gambar (pelatihan) ini dimedia-massakan," kata dia.

Motivasi para pelaku, tambah Sarlito, dapat dilihat dari diunggahnya video rekaman pelatihan ke internet. Seperti diketahui, Ubaid, salah satu peserta pelatihan meminta Abdul Hamid dan Abdurrochim untuk mengedit video dengan menambahkan gambar kejadian penting di Indonesia sebelum diunggah.

Ubaid juga meminta Abdul Hamid mem-posting pesan yang berbunyi, "Kami Tandzim Al Qaedah Indonesia Serambi Mekah dengan ini memberi penjelasan kepada umat Islam yang tercinta bahwa sampai hari ketujuh pengejaran thogut (pengikut setan) terhadap kami, kami dapat bertahan melanjutkan jihad meskipun sebagian saudara kami ada yang tertawan dan syahid...."

"Apa bedanya terorisme dengan pencurian dengan senjata api atau kejahatan sejenis?" tanya jaksa. "Untuk kriminal biasa tidak ada motivasi lain kecuali mengambil harta atau membunuh karena dendam. Pelatihan di Aceh itu ada motivasi-motivasi lain, ada ideologi yang dikemas dalam perilaku yang menimbulkan ketakutan," jawab Guru Besar Universitas Indonesia itu

Seperti diberitakan, Ba'asyir didakwa melakukan permufakatan jahat, merencanakan, menggerakan pelatihan militer kelompok teroris di Aceh. Selain itu, Amir Jamaah Anshorud Tauhid (JAT) itu juga didakwa memberikan atau meminjamkan dana sekitar Rp 1 miliar untuk membiayai segala kegiatan di Aceh.

Ba'asyir juga dikaitkan dengan dua perampokan di Medan, Sumatera Utara yakni perampokan Bank CIMB Niaga maupun perampokan Warnet Newnet. Ba'asyir menolak pelatihan militer di Aceh itu disebut sebagai kegiatan terorisme.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

    Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

    Nasional
    Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

    Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

    Nasional
    Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

    Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

    Nasional
    Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

    Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

    Nasional
    SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

    SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

    Nasional
    'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

    "Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

    Nasional
    Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

    Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

    Nasional
    Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

    Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

    Nasional
    Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

    Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

    Nasional
    Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

    Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

    Nasional
    Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

    Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

    Nasional
    Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

    Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

    Nasional
    'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

    "Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

    [POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

    Nasional
    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com