Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hujan Asam Mustahil dari PLTN

Kompas.com - 18/03/2011, 16:25 WIB

Oleh karena itu, As Natio memastikan bahwa hujan asam sebagai dampak ledakan di instalasi PLTN Fukushima—seperti yang banyak beredar selama ini—sebagai kabar bohong. Ia menduga, informasi hujan asam berkembang pascatindakan darurat pekerja PLTN Fukushima saat mendinginkan reaktor nuklir menggunakan zat boron, yang menghasilkan asam borat.

"Asam borat tidak menyebabkan hujan asam. Asam borat justru baik untuk kulit sehingga banyak digunakan di industri kosmetik," katanya.

Ahli nuklir Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Sihana, mengatakan, tidak ada hujan asam yang ditimbulkan dari proses reaksi nuklir. Ledakan dan kebakaran di PLTN Fukushima akibat suhu tinggi dan ledakan hidrogen.

"Kebakaran di unit 4 PLTN Fukushima diperkirakan akibat bocornya refrigerant pendingin tempat penyimpanan limbah bahan bakar nuklir," katanya.

Dilema PLTN

Ledakan di PLTN Fukushima akibat gempa dan tsunami tak dimungkiri menginspirasi publik, seperti di Jerman dan negara lain untuk menekan pemerintahnya agar sesegera mungkin menutup PLTN berisiko.

Para analis karbon di Eropa mulai menimbang dampak penutupan PLTN. Matteo Mazzoni, seorang analis karbon Italy’s Nomisma Energia, seperti dikutip Reuters, Rabu lalu, menyebutkan, ada imbas potensi hujan asam makin besar dari rencana penutupan tujuh PLTN tertua di Jerman pada Juni 2011.

Imbas itu akibat suplai karbon dioksida yang bertambah 8 juta-11 juta ton karbon dioksida dalam sebulan. Alasannya, suplai listrik dari tujuh PLTN tertua di Jerman itu belum memungkinkan diganti semuanya dengan energi terbarukan yang ramah lingkungan.

Produksi energi terbarukan masih terlampau sedikit. Sejauh ini, energi dari bahan bakar fosil yang dianggap paling memungkinkan. Fakta ini menjadi tantangan dunia.

Di sanalah dilema muncul. Pembangkit listrik berbahan bakar fosil jelas-jelas meningkatkan konsentrasi polutan, yang menjadi penyebab hujan asam.

Di dunia, saat ini setidaknya tercatat ada 437 reaktor nuklir. Potensi bahaya reaktor nuklir memang besar. Namun, dari 437 reaktor itu, sejauh ini hampir semuanya terbukti mampu dikendalikan.

Masyarakat pun menerima banyak manfaat berupa energi listrik dari PLTN, yang jauh lebih murah dibandingkan listrik dari bahan bakar fosil. Di sisi lain, ancaman radiasi nuklir nyata adanya.

Kini, ketika ada keinginan menutup operasional reaktor nuklir, pada saat bersamaan ada ancaman lain, yaitu hujan asam yang bisa jadi bukan lagi kabar bohong. (NAWA TUNGGAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com