Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Empat Politisi Sepakat Koalisi Ideal

Kompas.com - 12/03/2011, 13:49 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Empat politisi dari empat partai politik yang hadir di diskusi mingguan Polemik di Warung Daun, Cikini, Sabtu (12/3/2011), sama-sama sepakat tentang rumah tangga politik atau koalisi yang ideal ke depannya. Ruang kritis tetap dibuka tapi persamaan persepsi harus terus ditumbuhkan. Persamaan terutama harus dibangun dalam rumah tangga politik di tingkat legislatif.

"Dinamika eksekutif dan legislatif beda. Di eksekutif akur-akur saja. Yang potensi banyak masalah di legislatif. Bahwa yang harus jadi orientasi di parlemen adalah membangun sebanyak-banyaknya kesamaan dan mengelola secantik-cantiknya perbedaan," ungkap Wasekjend PKS Mahfudz Siddiq.

Setali tiga uang, Wasekjend Demokrat Saan Mustofa mengatakan, realitas koalisi di parlemen memang sangat berbeda. Karakteristiknya sangat rumit sehingga harus dikembangkan dengan baik ke depannya. Semua partai memiliki komitmen kebersamaan namun seringkali implementasinya berbeda di tingkat komisi dan fraksi di parlemen.

Yang pasti, lanjutnya, kebebasan berpendapat tak akan dibungkam atau disandera. Persamaan-persamaan harus ditonjolkan dan perbedaan dikelola dengan baik untuk menemukan kesamaan.

"Yang ingin kami cari adalah komitmen, ide, dan gagasan bisa operasional, hasil di Setgab bisa relevan di komisi dan fraksi," ujarnya.

Ke depannya, Saan mengatakan, harus dibangun bangunan koalisi yang sehat dan bukan atas dasar kepura-puraan. Harus didasarkan pada semangat kejujuran agar pemerintah bisa menjalankan mandat dengan baik.

Ketua DPP PAN Bima Arya mengatakan, memang tak perlu ada aturan serigid mungkin untuk mengatur koalisi. Namun, penghargaan dan sanksi harus diatur dengan jelas agar setiap anggota bisa saling menjaga komitmennya masing-masing.

"Koalisi ibarat rumah tangga. Ketika ijab, tak ada aturan rigid. Tapi ada etika mendasar hal-hal yang sepantasnya tak dilakukan. Di koalisi juga begitu, tak bisa rigid. Tapi harus ada aturan main mendasar dalam berkoalisi. Aturan bisa baik. Ketiadaan reward and punishment bisa membuat anak tambah nakal," ungkapnya.

Meski tak sepakat dengan aturan yang terlalu ketat untuk setiap anggota koalisi, Ketua DPP Golkar Hajrianto Tohari sepakat setiap partai politik harus memikirkan sumbangsihnya untuk kepentingan bangsa dan negara bukan kepentingan politik semata.

"Peran partai politik seharusnya adalah bagaimana memberi sumbangan besar untuk kemajuan nasional agar pemerintahan SBY berjalan dengan baik," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com