JAKARTA, KOMPAS.com — Suasana politik pascapidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengenai wacana perombakan kabinet (reshuffle) dan rencana koalisi tampak melandai. Banyak pihak menangkap bahwa reshuffle batal. Namun, apakah benar demikian?
”Drama belum selesai. Batal dong reshuffle? Belum tentu. Pak Presiden bilang kan ’saya tak mau dipaksa, beri saya waktu’. Berapa hari? Ya, silakan. Asal jangan kelamaan saja,” kata Ketua DPP PAN Bima Arya dalam diskusi mingguan di Jakarta, Sabtu (12/3/2011).
Menurut Bima, sukarela atau dipaksa, Presiden Yudhoyono pasti akan melakukan penataan. Memang banyak desakan tajam yang diarahkan kepada Presiden, tapi belum tentu berpengaruh.
Wakil Sekjen Partai Demokrat Saan Mustofa juga mengatakan evaluasi belum berakhir. Menurut dia, Presiden mengatakan bahwa evaluasi sedang dilakukan. ”Jadi, apa pun keputusan Presiden itu yang kita tunggu. Ada dua pidato Presiden yang penting. Seminggu setelah hak angket yang linier dengan kegalauan kabinet, bagaimana menata ulang itu. Lalu (pidato) saat mau sidang kabinet, clear bahwa kalaupun ada reshuffle itu bukan karena dipaksa, didikte,” ujarnya.
Saan sangat yakin Presiden Yudhoyono tentu akan menggunakan pertimbangan yang sangat matang dan mendalam dalam memutuskan keputusan yang dinilai sangat besar. ”Kontrak koalisi itu kan jelas. Masih terus berproses. Nah, soal siapa yang menekan, jangan diarahkan ke sana," kata Saan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.