Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gatotkaca Melanglang ke Mana Lagi?

Kompas.com - 14/02/2011, 04:42 WIB

Penampilan Wayang Orang Indonesia Pusaka (WOIP), Desember silam di Sydney Opera House, Australia, masih segar dalam kenangan. Ditonton oleh tak kurang dari 1.000 orang, yang terdiri dari warga Australia dan asing lainnya, selain warga Indonesia yang kebetulan berada di Benua Kanguru, WOIP yang mengangkat lakon ”Banjaran Gatotkaca” sungguh menorehkan sukses.

Penggagas WOIP, Jaya Suprana, mengutip kesan pimpinan SOH, menuturkan, di Sydney Opera House (SOH) memang sudah banyak ditampilkan seni dalam wujud terbaik di dunia dan ”Banjaran Gatotkaca” salah satunya.

Mengikuti proses penggarapan wayang ini, memang tampak berbagai kerumitan untuk mengorganisasi 70 orang dengan berbagai kostum yang kebanyakan tidak sama, berbagai aksesori, dan kebutuhan lain. Bahkan, untuk memutuskan keberangkatan, pengurusan visa pun tak semulus yang diperkirakan. Namun, dengan kesabaran dan rasa kebersamaan, semua dapat diselesaikan dengan baik.

Kini, sudah hampir dua bulan ”the Down Under Triumph” tersebut berlalu. Dengan segala kenangan yang masih tersisa, masuk akal jika kita bertanya, ”apa selanjutnya?” Sudahkah Jaya Suprana mendapat ”wangsit” baru?

Kalau sudah, tentu saja salah satu pertanyaannya adalah ”di mana venue yang tak kalah prestisius?” Esplanade di Singapura-kah? Atau Lincoln Center di New York? Atau pusat seni budaya bergengsi di Eropa?

Sementara venue menjadi bahan pemikiran, pikiran mendasar lain yang tak kalah penting adalah konsistensi penggarapan seni tradisi di Tanah Air sendiri. Dari sisi penggiat, sebenarnya dewasa ini sudah cukup banyak berkembang kelompok pencinta wayang yang secara berkala atau insidental mementaskan wayang. Selain Wayang Orang Bharata yang konsisten mementaskan wayang orang di gedung pertunjukannya sendiri di kawasan Senen, Jakarta, masih ada kelompok seperti Panca Budaya dan beberapa lainnya.

Inisiatif para pencinta budaya untuk ambil bagian dalam upaya pelestarian ini tentu saja amat kita hargai. Kerja budaya seperti pelestarian wayang orang—yang menurut Jaya Suprana merupakan amanat yang disampaikan oleh mendiang Ki Narto Sabdo— memang mustahil dapat dilakukan oleh satu-dua orang atau kelompok karena selain luas cakupannya, hal ini juga berjangka panjang.

Pergelaran, seperti halnya di Sydney, besar artinya karena hal itu menegaskan kepada komunitas internasional bahwa dengan berbagai keruwetan sosial, ekonomi, dan politik, kita masih punya tenaga untuk ambil bagian dalam kontribusi pelestarian pusaka dunia.

Selain itu, seperti halnya disampaikan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik dalam berbagai kesempatan, juga seusai pergelaran di Sydney, kalau kita bicara dengan komunitas internasional, seni budayalah satu-satunya hal yang dapat kita banggakan sebagai hal yang sama dengan negara lain. Itu karena kita belum bisa membanggakan ekonomi atau sains-teknologi.

Lalu, berbeda dengan membicarakan politik yang sering kali berbuntut persaingan kekuasaan, atau ekonomi yang sering berbuntut untung-rugi, seni budaya memajukan saling pengertian dan kerja sama.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com