Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ke Mana Intel Polisi?

Kompas.com - 10/02/2011, 16:39 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Insiden penganiayaan tiga anggota jemaah Ahmadiyah hingga tewas di Cikeusik, Banten, serta perusakan tiga gereja dan satu sekolah di Temanggung, Jawa Tengah, merupakan bukti gagalnya intelijen kepolisian di daerah. Insiden itu tak lepas dari ketidakprofesionalan dan ketidakmampuan pimpinan polisi di wilayah tersebut.

Hal ini disampaikan Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane dan pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar kepada Kompas.com, Rabu (9/2/2011) di Jakarta.

"Intelijen polisi tidak bekerja maksimal sehingga informasi yang mereka peroleh tidak diolah. Mereka gagal menggunakan informasi yang diperoleh sebagai alat deteksi dan antisipasi dini adanya potensi konflik di daerah," kata Neta.

"Seharusnya data intelijen yang berhasil dikumpulkan diolah pimpinan di kesatuan untuk merumuskan langkah antisipasi bahaya yang dihadapi. Data juga dapat digunakan untuk menentukan cara bertindak, jumlah kekuatan, dan alat-alat yang digunakan untuk menanggulangi potensi konflik. Seandainya jumlah personel di kesatuan berkurang, pada saat itu mereka masih bisa meminta bantuan dari kesatuan yang berada di atasnya karena masih cukup waktu," papar Bambang.

Dikatakan, terkait insiden di Cikeusik, pihak kepolisian sudah mengamankan Suparman, pimpinan jemaah Ahmadiyah di wilayah tersebut, sebelum insiden terjadi. Dengan demikian, kepolisian seharusnya bisa mengantisipasi potensi konflik yang akan terjadi.

Demikian pula terkait insiden di Temanggung. "Polisi sudah mengetahui massa telah mulai menduduki gereja-gereja Kristen Protestan ketika sidang (penistaan agama). Kenapa polisi tidak mengerahkan kekuatan untuk mengusirnya, baik dengan cara persuasif atau pun cara lainnya. Polisi malah hanya menjaga PN Temanggung," tutur Bambang.

Kerja sama

Becermin dari dua insiden tersebut, Neta dan Bambang pun menekankan pentingnya kerja sama intelijen antara kepolisian dan institusi lain yang juga memiliki intelijen, seperti Badan Intelijen Negara, kejaksaan, dan juga TNI. "Saat ini tidak ada koordinasi. Potensi konflik seperti terbiarkan," ujar Neta.

Bambang mengatakan, kerja sama intelijen menjadi penting mengingat kepolisian memiliki keterbatasan anggaran dan sumber daya manusia di bidang intelijen.

Bambang menambahkan, dalam melakukan pengamanan, kepolisian juga dapat bekerja sama dengan perangkat pengamanan lainnya, seperti Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan anggota satpam.

Atas dua insiden ini, baik Neta maupun Bambang meminta Kapolri melakukan evaluasi terhadap kepala polsek dan kepala polres di kedua wilayah tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

    Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

    Nasional
    Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

    Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

    Nasional
    TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

    TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

    Nasional
    Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

    Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

    Nasional
    PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

    PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

    Nasional
    Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

    Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

    Nasional
    Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

    Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

    Nasional
    Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

    Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

    Nasional
    PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

    PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

    Nasional
    Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

    Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

    Nasional
    Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

    Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

    Nasional
    Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

    Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

    Nasional
    Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

    Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

    Nasional
    Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

    Anies: Yang Lain Sudah Tahu Belok ke Mana, Kita Tunggu PKS

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com