Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lagi, Bibit-Chandra Dipersoalkan DPR

Kompas.com - 02/02/2011, 11:57 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Status hukum dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bibit S Rianto dan Chandra M Hamzah kembali dipersoalkan dalam rapat Panitia Pengawas Kasus Century DPR RI bersama pimpinan KPK dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (2/2/2011).

Sejumlah fraksi mempermasalahkan status hukum keduanya pascadeponeering yang diberikan Jaksa Agung. Anggota panwas dari Fraksi PDI-P Gayus Lumbuun mengatakan fraksinya tidak mendukung depooneering dan ingin perkara dugaan penerimaan suap dan penyalahgunaan wewenang yang mengenai Bibit dan Chandra dilanjutkan.

"Saya yakin beliau tidak bersalah di pengadilan. Tapi ini bukan kewenangan jaksa agung, tapi kewenangan kehakiman," katanya.

Nudirman Munir dari Fraksi Golkar menegaskan, tak masuk akal jika tersangka korupsi menjadi anggota KPK. "Walau ada perdebatan. Sesuai pendapat ahli, status tersangka masih melekat. Enggak tahu seumur hidup atau tidak," ungkapnya.

Sementara itu, anggota Panwas lainnya dari Fraksi Hanura, Akbar Faisal, mengatakan, fraksinya bisa menerima kedatangan Bibit dan Chandra, tapi tidak memberikan kesempatan bicara kepada keduanya.

"Belum diputuskan di Komisi III, tapi itu sudah jadi bagian dari kita. Saya tawarkan jalan keluar. Saya bisa terima kehadiran Bibit dan Chandra, tapi butuh kebesaran hati KPK, yang jadi jubir bukan kedua beliau," tegasnya.

Sementara itu, I Gde Pasek Suardika dari Fraksi Demokrat mengatakan dari minggu lalu Panwas mengharapkan KPK dan BPK datang secara lengkap karena dibutuhkan keterangannya.

"Depoonering sudah sah, tidak perlu kita ungkit-ungkit. Akan lebih efektif kalau KPK ada di sini. Kedua, saya kira enggak ada istilah tersangka seumur hidup. Enggak dikenal dalam sistem hukum kita. Tidak layak kasus yang sudah ditutup, lalu diungkit kembali," katanya.

Perdebatan makin panjang ketika Fachri Hamzah dari PKS mengancam untuk walk-out ketika menilai bahwa ada inkonsistensi yang dilakukan Panwas saat menerima kedatangan tapi menolak kedua pimpinan berbicara.

Pimpinan rapat Pramono Anung menegaskan, lebih baik rapat fokus pada substansi. Hingga akhirnya dia mengetuk palu atas usulan Akbar Faisal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak 'Heatwave'

    Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak "Heatwave"

    Nasional
    Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar Tapi dari Bawah

    Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar Tapi dari Bawah

    Nasional
    Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

    Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

    Nasional
    Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

    Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

    Nasional
    BMKG Sebut Udara Terasa Lebih Gerah karena Peralihan Musim

    BMKG Sebut Udara Terasa Lebih Gerah karena Peralihan Musim

    Nasional
    Disebut Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer, Bea Cukai Berikan Tanggapan

    Disebut Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer, Bea Cukai Berikan Tanggapan

    Nasional
    Profil Eko Patrio yang Disebut Calon Menteri, Karier Moncer di Politik dan Bisnis Dunia Hiburan

    Profil Eko Patrio yang Disebut Calon Menteri, Karier Moncer di Politik dan Bisnis Dunia Hiburan

    Nasional
    PDI-P Bukan Koalisi, Gibran Dinilai Tak Tepat Konsultasi soal Kabinet ke Megawati

    PDI-P Bukan Koalisi, Gibran Dinilai Tak Tepat Konsultasi soal Kabinet ke Megawati

    Nasional
    Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

    Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

    Nasional
    Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

    Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

    Nasional
    Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

    Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

    Nasional
    Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

    Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

    Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

    Nasional
    Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

    Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

    Nasional
    Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

    Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com