Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Jakarta Aktifkan Siskamling

Kompas.com - 18/01/2011, 02:49 WIB

Jakarta, Kompas - Ancaman kejahatan yang tinggi di permukiman di Jakarta dihadapi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan mengaktifkan kembali sistem keamanan lingkungan berbasis masyarakat. Masyarakat, petugas pertahanan sipil, dan petugas perlindungan masyarakat diajak berpartisipasi menjaga lingkungan masing-masing dari pencurian, narkoba, perjudian, dan penyakit sosial lainnya.

Hal itu disampaikan Kepala Bidang Informasi Publik DKI Jakarta Cucu Ahmad Kurnia di Jakarta, Senin (17/1).

Untuk menghadapi kejahatan di jalanan, kepolisian juga tidak ragu untuk menindak tegas penjahat. Kepala Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya Inspektur Jenderal Sutarman bahkan pernah mengeluarkan ancaman akan menembak perusuh. Tentunya, petugas kepolisian juga diingatkan untuk bertindak sesuai dengan prosedur.

Pilih satpam

Warga di Jakarta pun sudah mengantisipasi sendiri untuk menghadapi ancaman kejahatan. Pengamanan swadaya masyarakat antara lain berupa pemasangan portal, pagar, dan menyewa tenaga keamanan. Apalagi, keberadaan patroli polisi atau program pengamanan lingkungan dari pemerintah selalu dinilai tidak pernah mencukupi.

”Saya tak pernah lihat rumah saya dilewati mobil patroli polisi, ya? Makanya, begitu ada tetangga dirampok, warga sini sepakat membangun portal dan mempekerjakan petugas satpam,” kata Doni (32), warga kompleks perumahan tak jauh dari Jalan M Saidi Raya, Jakarta Selatan, Senin. Padahal, kawasan di Jalan M Saidi Raya itu dekat dengan pos polisi di Jalan Ciledug Raya.

Portal dan satpam jamak di hampir semua kompleks perumahan di Jakarta dan sekitarnya. Di Perumahan Wijaya Kusuma, Pondok Betung, Tangerang Selatan, para penghuninya membangun sendiri portal dua tahun lalu. Sebulan terakhir, agar keamanan kian terjaga, mereka mempekerjakan tiga petugas satpam. ”Mereka bergiliran 24 jam hari liburnya. Resminya, setiap rumah iuran Rp 5.000 per bulan, tetapi banyak juga yang memberi lebih,” kata Mira (28), penghuni kompleks.

Di Jalan Rawasari Barat, Kelurahan Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat, pagar tinggi dipasang di ujung jalan dan portal ada di ujung jalan lainnya lengkap dengan petugas keamanan. Mulai pukul 23.00 sampai subuh pagar itu ditutup.

Hal serupa terjadi di Jalan Petojo Melintang, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat. Kedua sisi jalan itu dipasangi portal.

”Keluar-masuk antara pukul 23.00 dan pukul 05.00 harus lewat portal yang dijaga hansip. Pengguna kendaraan yang akan keluar harus menunjukkan STNK kepada petugas, untuk menghindari adanya pencurian kendaraan bermotor,” kata Tata, warga setempat.

Setiap bulan warga membayar iuran kebersihan dan keamanan Rp 10.000 per rumah. Besaran ini tidak sama untuk perkantoran yang ada di situ. Dana itu untuk membayar petugas jaga malam. Ada juga warga yang sukarela berjaga. Kebiasaan ini berlangsung lebih dari 10 tahun. Pembatasan akses keluar-masuk itu membuat pencurian kendaraan bermotor berkurang.

Di permukiman mewah seperti di Kecamatan Menteng, hampir semua rumah mewah dilengkapi petugas satpam pribadi.

Sejumlah warga bermobilitas tinggi yang ditemui kemarin mengaku membawa senjata tajam untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. ”Saya bawa pisau silet di tas. Kalau pulang malam, satu tangan di dalam tas menggenggam silet. Kalau ada yang kurang ajar, saya silet. Biar tahu rasa,” kata Karina (31), pengguna angkutan umum yang berkantor di kawasan Mampang, Jakarta Selatan.

Ancaman

Ancaman kejahatan terhadap warga terus terjadi, seperti penembakan atas bus transjakarta jurusan Pluit-Pinangranti bernomor polisi B 7282 IV yang terjadi Sabtu (15/1) pukul 20.30. Bus itu terkena lima tembakan yang dilepaskan orang tidak dikenal.

Menurut Kepala Seksi Humas Kepolisian Sektor Metropolitan Penjaringan Ajun Komisaris Teddy, tembakan itu mengenai tutup tangki bus. ”Diduga, motif penembakan ini, saat akan melintas, pelaku terhalang badan bus,” ujarnya.

Setelah memeriksa rumah penembak yang berinisial N, polisi menemukan narkoba, yakni satu drum bubuk putih pembuat ekstasi, 2.738 butir pil happy five, 11.693 butir ekstasi, dan 965,2 gram sabu. ”Kami menduga ada jaringan yang lebih besar di balik ini,” kata Kapolres Metropolitan Jakarta Utara Komisaris Besar Andap Budhi, Senin.

Salah satu kenekatan penjahat terjadi saat aparat Polres Metropolitan Jakarta Barat hendak menangkap dua tersangka pencuri mobil, HM (43) dan TS (38). Mereka menabrak petugas dan mengancam dengan pistol.

”Mereka bertransaksi di wilayah Cibubur, Jakarta Timur. Saat akan ditangkap, tersangka HM yang mengendarai mobil menabrak petugas dan seorang penjual ketoprak,” kata Kapolres Metropolitan Jakarta Barat Komisaris Besar Yazid Fanani, Senin.

Tersangka mengacungkan pistol, yang belakangan diketahui hanya pistol mainan. Setelah melepaskan tembakan peringatan, polisi menembak mobil. Peluru mengenai tangan serta pelipis HM. ”Mereka beberapa kali keluar masuk penjara,” kata Yazid.

Pembangunan bias

Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik Sofyano Zakaria mengatakan, ketidaknyamanan hidup di Ibu kota karena dampak pembangunan tidak jelas arahnya.

Hal senada disampaikan sosiolog Universitas Indonesia, Nur Ida Rowaida. Ida mengatakan, pembangunan oleh pemerintah cenderung bias alias lebih berpihak kepada golongan menengah ke atas dan sangat ditentukan selera pasar.

Menurut Ida, warga, pemerintah atau negara, dan pasar merupakan penggerak kota. Ketiganya seharusnya berkedudukan seimbang, bukan saling mendominasi.

Di Jakarta, peran pemerintah menegakkan peraturan, lemah. Padahal, warganya ditimpa begitu banyak masalah. Pemerintah lebih fokus ke diri sendiri ketimbang mengontrol perkembangan kotanya. Alhasil, pasar berkuasa dan bergulir memihak kepada kalangan elitis tertentu.

Mantan Ketua Umum Forum Komunikasi Anak Betawi Husen Sani mengatakan, langkah pengamanan lingkungan paling efektif adalah membantu kaum muda yang terbatas pendidikan akademis dan keterampilannya mendapatkan pekerjaan. (NEL/ART/FRO/ABK/WIN/ECA/WHO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com