Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TAJUK RENCANA

Kompas.com - 14/01/2011, 03:03 WIB


***

Harga Tinggi Guncang Tunisia

Gelombang kerusuhan terus berlangsung di Tunis, ibu kota Tunisia, sebagai protes terhadap pengangguran, harga-harga yang melambung tinggi, dan korupsi.

Pemerintahan Presiden Zine El Abidine Ben Ali, yang sudah berkuasa 23 tahun, berusaha menggunakan pendekatan represif untuk menghentikan gelombang kerusuhan. Aparat kepolisian, misalnya, melepaskan tembakan secara brutal, yang menurut aktivis buruh menewaskan paling tidak 50 orang sejak akhir pekan lalu. Versi pemerintah menyebut angka 21 orang tewas.

Pendekatan kekerasan itu juga diperlihatkan dengan mengerahkan tank dan panser. Jam malam dan larangan ke luar rumah diberlakukan di Tunis hari Kamis kemarin. Namun, pendekatan represif ternyata tidak efektif, bahkan kontraproduktif. Tindakan represif itu justru memprovokasi masyarakat, terutama kaum muda, untuk meningkatkan aksi protes.

Gelombang protes yang terus merebak luas membuat posisi Presiden Ben Ali yang berusia 74 tahun semakin terdesak. Pemimpin yang mengambil alih kekuasaan melalui kudeta tak berdarah itu berusaha mengambil hati rakyat dengan membebaskan semua pemrotes yang ditahan, sekaligus memecat Menteri Dalam Negeri Rafik Belhaj Kacem. Mendagri Kacem dianggap ikut bertanggung jawab atas jatuhnya banyak korban tewas akibat kebrutalan polisi, yang memang berada di bawah kewenangan Kementerian Dalam Negeri.

Namun, pemecatan Kacem dan pembebasan semua pemrotes yang ditahan tidak meredakan amukan kemarahan rakyat terhadap persoalan pengangguran, harga-harga tinggi, korupsi, dan tindakan represi penguasa. Masyarakat yang tertekan dan frustrasi oleh harga-harga yang melambung tinggi dan angka pengangguran sampai 30 persen melampiaskan kemarahan dengan melakukan perusakan dan kerusuhan di jalan-jalan.

Pemerintahan Ben Ali tampak kewalahan dan tampak kehilangan cara untuk menghadapi gelombang protes yang dirasakan paling keras selama 23 tahun kekuasaannya. Para pengamat cenderung berspekulasi, gelombang protes yang sudah berlangsung beberapa pekan terakhir tidak hanya menggoyahkan, tetapi bisa saja menjatuhkan pemerintahan Ben Ali. Kepercayaan rakyat terhadap pemerintahannya sudah hilang karena Ben Ali gagal menciptakan lapangan kerja, sementara praktik korupsi dibiarkan merebak luas. Banyak kasus dalam sejarah, sebuah pemerintahan ambruk karena gagal membangun ekonomi.

Mulai muncul pertanyaan, apakah Presiden Ben Ali yang sudah berkuasa 23 tahun dan kini berusia 74 tahun mampu melepaskan diri dari kemelut sekarang ini. Jauh lebih penting lagi, bagaimana Tunisia mampu melewati ujian berat ini agar terhindar dari kekacauan yang lebih buruk. Kemelut di Tunisia semakin menarik diikuti dari dekat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com