ARBAIN RAMBEY
Alinea pertama tadi adalah benang merah pameran foto yang digelar Kantor Berita Antara. Bertajuk ”Kilas Balik 2009-2010”, pameran yang diadakan di Galeri Foto Jurnalistik Antara di Pasar Baru, Jakarta, sampai dengan 17 Januari 2010 ini sarat dengan pesan dan bahan renungan.
Memasuki tahun 2011 ini, kita masih punya ingatan segar pada kegagalan tim sepak bola Indonesia menjuarai Piala AFF 2010. Dan ingatan kita ini akan mengkristal saat menyaksikan foto karya Prasetyo Utomo. Foto buatan persis setahun lalu itu menampilkan seorang fanatikus sepak bola nasional yang nekat masuk ke lapangan pertandingan saat tim nasional sedang menghadapi kesebelasan negara tamu.
Foto itu menohok benar karena kita kembali diingatkan bahwa di Indonesia begitu banyak manusia yang mendambakan tim nasional kita bisa berjaya, tapi berbagai kondisi dan keadaan membuat hal itu tidak kunjung terjadi.
Kemudian, foto Gayus Tambunan di dalam sel bersama sebuah tas dari merek sepatu ternama karya Reno Esnir juga seketika membawa angan kita berkelana pada jagat korupsi yang begitu luas di negara ini.
Foto demi foto di pameran Kilas Balik 2009-2010 itu semua mengentak benak kita. Pujian layak diberikan kepada kurator pameran yang dengan jitu memilih, memajang, dan juga membukukan foto-foto tersebut.
Bagaimana pun fungsi jurnalisme memang tidak sebatas memberi informasi. Jurnalisme selalu punya kewajiban menjadi pembawa panji-panji kebenaran dengan cara yang santun dan seakan di belakang layar.