Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hutan Konservasi Masih Jadi Kebun

Kompas.com - 18/12/2010, 05:53 WIB

Kuningan, Kompas - Sebagian wilayah hutan konservasi di Taman Nasional Gunung Ciremai masih berupa kebun buah. Meski demikian, area sayur-mayur di wilayah hutan mulai berkurang sejak ada larangan penanaman sayur, Agustus lalu.

Di batas wilayah hutan Kuningan-Majalengka yang masuk wilayah Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), hingga Jumat (17/12), masih ditemukan pohon-pohon perkebunan, seperti kopi, cengkih, dan avokad. Warga masih mengambil buahnya sebagai komoditas perkebunan.

Usep Sumirat, Sekretaris Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kuningan, mengatakan, pemanfaatan hasil hutan seperti buah masih diperbolehkan dengan syarat tidak memperbarui atau menambah jumlah tanaman perkebunan.

Maman Surahman, staf Balai TNGC, mengatakan, larangan menambah atau memperbarui tanaman adalah kebijakan TNGC. Jika tanaman perkebunan itu sudah produktif akan dibiarkan mati dan kondisi hutan akan dikembalikan ke aslinya.

Pemerintah daerah sedang mengusahakan peralihan mata pencarian warga. Warga yang sebelumnya bekerja sebagai perambah hutan akan dialihkan bertani di tempat lain. Namun, program peralihan itu perlu didukung pemerintah provinsi atau pusat. Pemerintah kabupaten tidak bisa bekerja sendiri karena jumlah warga yang beralih profesi mencapai ratusan kepala keluarga.

Tahun ini TNGC dan Pemerintah Kabupaten Kuningan sedang gencar mengembalikan ladang menjadi daerah hutan konservasi untuk menjaga ekosistem dan mata air. Awal tahun lalu ladang sayur banyak terlihat di wilayah hutan TNGC, tetapi kini berangsur-angsur berkurang.

Selain mengembalikan hutan konservasi, Pemerintah Kabupaten Kuningan juga membuat Kebun Raya Kuningan yang terletak di Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan.

Kebun yang menempati lahan seluas 171 hektar itu kini masih dalam tahap pembangunan. Selain sebagai penjaga lingkungan, kebun raya nantinya juga bisa dimanfaatkan sebagai obyek wisata.

”Masyarakat sekitar pun akan dilibatkan dalam pengelolaan kebun tersebut,” kata Usep.

Kebun raya tersebut direncanakan selesai dibangun pada tahun 2020 dan diperkirakan menghabiskan dana Rp 200 miliar lebih. (NIT)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com