Tipologi kekuasaan ini bersumber dari ”kultur Mataram” sekitar abad ke-16 sampai ke-19. Elite Mataram emoh ada ”dua Matahari”, apalagi ketika mulai kehilangan karisma, wibawa, dan kuasa.
Fenomena ”Jas Merah” terulang lagi karena elite anti ”dua Matahari” itu. Jangan salah, bukan Hamengku Buwono X yang membangkang, melainkan para kawula yang mendukungnya.
Sumber pembangkangan sama: kekecewaan terhadap kegagalan sistem campuran presidenter/parlemensial. Rakyat lelah elite kekuasaan mengurus hal-hal sepele, abai terhadap moral, etika, dan praktik politik devide et impera.
Ternyata belum ada yang berubah.