Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Somasi MA Jangan Ditanggapi Berlebihan

Kompas.com - 03/12/2010, 17:57 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Dewan Pers Bagir Manan menyatakan, somasi keberatan yang dilayangkan Mahkamah Agung terhadap tayangan Mata Najwa di Metro TV tidak perlu ditanggapi berlebihan.

Mantan Ketua Mahkamah Agung (MA) itu juga berpesan agar media tidak melebih-lebihkan hal tersebut. "Ini biasa saja, tidak perlu ditanggapi berlebihan. Pers juga harus belajar tidak melebih-lebihkan. Kita harus belajar wajar-wajar saja. Jadi, kita lihat nanti perkembangannya," katanya di Dewan Pers, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat (3/12/2010) sore tadi.

Terkait somasi tersebut, Bagir telah menemui pihak MA untuk meminta penjelasan. Menurut keterangan pihak MA, kata Bagir, MA merasa keberatan dengan tayangan Mata Najwa edisi Januari 2010 dalam program kaleidoskop hukum yang dinilai membentuk opini negatif terhadap institusi pengadilan.

"Yang jadi keberatan mereka itu kan diulang terus sehingga membentuk opini negatif pengadilan," ujarnya.

Dalam tayangan Mata Najwa tersebut, terdapat testimoni mantan hakim MA tentang keburukan institusi MA. Saat ditayangkan pada Januari 2010, terdapat segmen bantahan atas testimoni tersebut yang dikeluarkan Ketua MA Harifin Tumpa. Namun, ketika tayangan Mata Najwa tersebut diulang, atau kembali ditayangkan pada suatu kesempatan, bantahan Harifin Tumpa atas testimoni mantan hakim MA tersebut tidak ditayangkan.

Pemotongan tersebutlah yang membuat MA keberatan karena dinilai tidak proporsional dalam memberitakan MA. "Sementara dua orang itu (mantan hakim MA yang memberi testimoni), saya sendiri enggak tahu ceritanya benar atau tidak. Membuat statement yang dianggap dapat merugikan pengadilan," ungkap Bagir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Nasional
Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak 'Heatwave'

Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak "Heatwave"

Nasional
Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar Tapi dari Bawah

Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar Tapi dari Bawah

Nasional
Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

Nasional
Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

Nasional
BMKG Sebut Udara Terasa Lebih Gerah karena Peralihan Musim

BMKG Sebut Udara Terasa Lebih Gerah karena Peralihan Musim

Nasional
Disebut Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer, Bea Cukai Berikan Tanggapan

Disebut Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer, Bea Cukai Berikan Tanggapan

Nasional
Profil Eko Patrio yang Disebut Calon Menteri, Karier Moncer di Politik dan Bisnis Dunia Hiburan

Profil Eko Patrio yang Disebut Calon Menteri, Karier Moncer di Politik dan Bisnis Dunia Hiburan

Nasional
PDI-P Bukan Koalisi, Gibran Dinilai Tak Tepat Konsultasi soal Kabinet ke Megawati

PDI-P Bukan Koalisi, Gibran Dinilai Tak Tepat Konsultasi soal Kabinet ke Megawati

Nasional
Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Nasional
Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Nasional
Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Nasional
Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Nasional
Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com