Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompolnas ibarat Kantor Pos

Kompas.com - 30/11/2010, 11:37 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Jumlah Saran dan Keluhan Masyarakat atau SKM atas kinerja kepolisian yang masuk ke Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) bertambah terus sejak 2007. Pada 2010 Kompolnas menerima 1.199 SKM hingga September. Sebagian besar SKM yang masuk itu ditujukan pada kinerja satuan reserse yang berkaitan dengan upaya paksa.

"Jumlah SKM yang terkait kinerja reskrim itu merupakan indikasi banyaknya dugaan pelanggaran oleh anggota Polri dalam pelaksanaan upaya paksa," ujar peneliti Djoko Soetono Research Center Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Topo Santoso, dalam pemaparan hasil penelitian "Penanganan SKM Terkait Upaya Paksa" di PTIK, Jakarta, Selasa (30/11/2010).

Berdasarkan hasil penelitian, penanganan SKM yang dilakukan Kompolnas belum maksimal. Menurut pandangan kalangan internal Kompolnas, yang menjadi kendala penanganan SKM adalah komunikasi dengan Polri yang kurang terbangun. Banyak surat teguran atau laporan dari Kompolnas yang tidak dijawab Polri. "Peran Kompolnas bahkan diibaratkan hanya seperti kantor pos yang hanya menerima dan meneruskan surat saja," lanjut Topo.

Instruksi Kapolri No Pol Ins/I/XI/2007 tentang Koordinasi dan Kerja Sama Polri dengan Kompolnas belum berjalan efektif dan sinergis. Sementara Kompolnas sendiri tidak memiliki akses untuk mendalami atau menginvestigasi aduan masyarakat. "Akses Kompolnas terhadap fakta sangat minim, Kompolnas tidak dapat menjelaskan kebenaran substansi masalah," kata Topo.

Sementara itu, pandangan kalangan Polri, kata Topo, melihat bahwa terkadang surat yang diberikan Kompolnas kepada Polri tidak dapat dipertanggungjawabkan sumbernya. "Laporan anonim atau fiktif kurang didukung bukti akurat, tidak sesuai fakta," katanya. Kompolnas pun sering kali dimanfaatkan oknum pelaku kejahatan untuk mengintervensi guna menghindari proses hukum. Selain itu, karena surat pengaduan yang dikirim Kompolnas terkadang tidak sesuai prosedur.

"Batas waktu yang diberi untuk klarifikasi dan menjawab tanggapan juga sangat singkat, sedangkan obyek pengaduan relatif jauh," ujar Topo ketika memaparkan pandangan Polri.

Dari pandangan Kompolnas, Polri, dan para ahli, peneliti menemukan beberapa masalah dalam penanganan SKM tersebut, di antaranya, tidak adanya kewenangan Kompolnas memberi rekomendasi sanksi terhadap Polri, belum adanya sistem jaringan teknologi informasi komunikasi yang baik terkait penanganan SKM, adanya resistensi Polri terhadap Kompolnas karena merasa zona nyamannya diganggu, dan cara pandang Polri yang terlalu prosedural. Adapun penelitian terkait penanganan SKM tersebut dilakukan dengan metode wawancara mendalam, studi dokumentasi, Focus Group Discussion, dan survei di 10 Polda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Nasional
Jokowi Kembali Ingatkan Agar Anggaran Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

Jokowi Kembali Ingatkan Agar Anggaran Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

Nasional
Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

Nasional
Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

Nasional
Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Nasional
Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak 'Heatwave'

Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak "Heatwave"

Nasional
Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar Tapi dari Bawah

Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar Tapi dari Bawah

Nasional
Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

Nasional
Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

Nasional
BMKG Sebut Udara Terasa Lebih Gerah karena Peralihan Musim

BMKG Sebut Udara Terasa Lebih Gerah karena Peralihan Musim

Nasional
Disebut Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer, Bea Cukai Berikan Tanggapan

Disebut Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer, Bea Cukai Berikan Tanggapan

Nasional
Profil Eko Patrio yang Disebut Calon Menteri, Karier Moncer di Politik dan Bisnis Dunia Hiburan

Profil Eko Patrio yang Disebut Calon Menteri, Karier Moncer di Politik dan Bisnis Dunia Hiburan

Nasional
PDI-P Bukan Koalisi, Gibran Dinilai Tak Tepat Konsultasi soal Kabinet ke Megawati

PDI-P Bukan Koalisi, Gibran Dinilai Tak Tepat Konsultasi soal Kabinet ke Megawati

Nasional
Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Nasional
Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com