Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Literasi Memenangi Kehidupan

Kompas.com - 23/11/2010, 03:12 WIB

Konsep maupun praksis literasi fungsional baru dikembangkan pada dasawarsa 1960-an (Sofia Valdivielso Gomez, 2008). Literasi dipahami sebagai ”seperangkat kemampuan mengolah informasi, jauh di atas kemampuan mengurai dan memahami bahan bacaan sekolah” (A Campbell, I Kirsch, A Kolstad, 1992). Melalui pemahaman ini, literasi tidak hanya membaca dan menulis, tetapi juga mencakup bidang lain, seperti matematika, sains, sosial, lingkungan, keuangan, bahkan moral (moral literacy).

Ekologi media

Meminjam terminologi Neil Postman, ekologi media di Inggris abad XVI menjadi faktor penentu tingginya tingkat n-Ach rakyat negeri itu. Postman menggambarkan ekologi media sebagai lingkungan informasi, yang mengarahkan munculnya berbagai jenis gagasan, sikap sosial, serta kemampuan intelektual tertentu (Postman, 1979).

Seberapa jauh pengaruh interaksi manusia dengan media untuk menunjang hidupnya? Menurut Postman, sistem pesan yang kompleks dari media ikut menentukan cara berpikir, perasaan, serta tingkah laku manusia (Postman, ”Reformed”, 1970).

Dari pemikiran ini, tingkat n-Ach tinggi dari masyarakat Inggris abad XVI merupakan hasil dari ekologi media yang dibangun oleh sastra rakyat waktu itu. Penelitian McClelland memperlihatkan bahwa diperlukan minimal 20 tahun untuk menggulirkan udara pesan perjuangan sehingga masyarakat menghirupnya (bdk McClelland, 101-102). Artinya, corak bacaan rakyat— atau ekologi media—baru berdampak 20 tahun kemudian.

Literasi Indonesia

Bagaimana dengan Indonesia? Dua alat ukur internasional, Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) maupun Programme for International Student Assessment (PISA) memperlihatkan tingkat literasi anak-anak Indonesia usia 9-15 tahun sangat rendah.

PIRLS 2001 dan PIRLS 2006 mencatat bahwa kemampuan memahami dan keterampilan menggunakan bahan-bahan bacaan, khususnya teks dokumen, pada anak-anak Indonesia usia 9-14 tahun berada di peringkat lima terbawah.

Tiga penelitian terakhir dari PISA (2000, 2003, 2006) menunjukkan bahwa kemampuan anak-anak Indonesia usia 15 tahun—usia akhir wajib belajar 9 tahun—dalam tiga macam literasi, yaitu kemampuan membaca (reading literacy), kemampuan menerapkan matematika untuk kehidupan praktis (mathematical literacy), serta kemampuan memakai sains dalam keterampilan hidup sehari-hari (scientific literacy), berada pada level 1. Ini berarti, anak-anak itu baru mampu menangkap satu dua tema dari sebuah bacaan dan belum bisa memakai teks bacaan untuk kepentingan yang lebih dalam, mengembangkan pengetahuan atau mengasah keterampilan.

Literasi Malaysia

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com