Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ciremai Dihijaukan Lagi

Kompas.com - 15/11/2010, 08:32 WIB

Kuningan, Kompas - Setelah puluhan tahun menjadi lahan sayur, area konservasi hutan Gunung Ciremai yang gundul di Kabupaten Kuningan dan Majalengka dihijaukan lagi dengan tanaman endemik. Warga penggarap mulai meninggalkan hutan yang kini masuk wilayah Taman Nasional Gunung Ciremai itu sejak awal 2009.

 

Kepala Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) Kurung, Minggu (14/11), mengatakan, sudah 90 persen lahan sayur mulai dikembalikan warga. Sebelumnya, lahan ditanami sayur oleh warga selama bertahun-tahun. ”Warga akhirnya mau turun sesuai permintaan kami agar mereka tidak menggarap hutan lagi,” katanya.

Sejak 1990-an, sejumlah area hutan, di antaranya di Kecamatan Argapura, Talaga, dan Sindangwangi di Majalengka; dan Kecamatan Cigugur, Darma, di Kabupaten Kuningan, telah berubah fungsi dari hutan menjadi lahan pertanian. Total luas area yang dialihfungsikan warga mencapai 4.000 hektar.

Perubahan fungsi hutan itu memicu sejumlah kerugian, di antaranya berkurangnya fungsi penyerapan air, longsor, hingga ancaman berkurangnya keanekaragaman hutan. Tak heran, sejak empat tahun lalu manajemen TNGC meminta warga untuk tidak lagi menggarap hutan menjadi lahan sayur.

Menurut Kurung, warga kini mulai melepas ladang garapan untuk dikembalikan menjadi hutan lagi. Tanaman perkebunan yang masih ada di tengah hutan, ujarnya, tidak akan ditebang, tetapi dibiarkan tumbuh atau mati secara alami.

Diperkirakan, luas lahan tanaman kebun, seperti kopi dan buah-buahan, masih 2.000 hektar dan terpencar di berbagai daerah di kaki Ciremai. Warga masih dapat mengambil hasil tanaman kebun yang tersisa di hutan, seperti kopi dan buah. Namun, mereka tidak diizinkan menambah jumlah tanaman buah.

Proses penghijauan, ujar Kurung, dijadwalkan secara intensif berlangsung tahun ini dan tahun depan. Pada tahun ini 1.800-an hektar lahan bekas sayur akan ditanami berbagai tanaman endemik hutan Ciremai, seperti peutak ataupun salam. Sisanya seluas 1.000-an hektar akan ditanami mulai tahun depan.

Berdayakan wisata

Sementara itu, di Bantaragung, Kecamatan Sindang, Kabupaten Majalengka, warga yang awalnya perambah hutan kini menjadi pelopor penghijauan. Di Bantaragung itu, warga mulai mengembangkan ekowisata Curug Cipeuteuy yang berada di wilayah TNGC. Ini dilakukan sebagai bentuk alternatif penghijauan sekaligus investasi kehidupan ekonomi mereka masa mendatang.

”Sejak tahun lalu penghijauan sudah berlangsung di desa ini dan dipelopori warga. Mereka tahu dampak kerusakan hutan terhadap kehidupan. Mata air sudah berkurang dibandingkan 20 tahun silam,” kata Tasim, tokoh Bantaragung yang juga aktivis lingkungan.

Lewat ekowisata, warga menghijaukan lingkungan sekaligus meraih penghasilan jika tempat wisata itu berkembang. Di obyek wisata itu, warga memberlakukan tiket masuk Rp 2.000 yang bisa ditukar dengan bibit pohon untuk ditanam di sekitar hutan. ”Ternyata respons pengunjung positif,” kata Tasim. (NIT)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com