Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Babak Baru, Tabiat Lama

Kompas.com - 12/11/2010, 09:26 WIB

KOMPAS.com — Skala dan pola letusan eksplosif Gunung Merapi di Yogyakarta tahun ini meninggalkan kelaziman erupsi Merapi setidaknya selama 138 tahun terakhir.

Pola erupsi Merapi selama ini dikenal ”kalem”, tidak meledak-ledak, dengan pembentukan kubah lava yang longsor menjadi guguran ataupun luncuran awan panas skala kecil hingga menengah (terjauh 8 kilometer).

Semua tersentak saat Gunung Merapi meletus dahsyat pada 26 Oktober 2010. Tiga dentuman hebat disertai gelombang luncuran awan panas bersuhu 600 derajat celsius berdurasi maksimal 33 menit meluncur sejauh 8 km, meluluhlantakkan segala yang dilintasinya.

Kemudian ternyata rangkaian letusan lain susul-menyusul terjadi, yang memuncak (hingga saat ini) pada erupsi tiada henti sejak 3 November hingga 7 November. Guguran material dan awan panas terjadi tiada putus diselingi gemuruh yang terdengar hingga radius 30 km.

Hujan pasir menjangkau radius 15 km dan hujan abu merembet hingga Jawa Barat. Letusan pada 4 November bahkan menciptakan kolom asap setinggi 8 km dari puncak. Rangkaian letusan menciptakan kawah berdiameter 400 meter di sisi selatan.

Jarak luncur awan panas terjauh selama periode lima hari erupsi itu tercatat sejauh 14 km di Dusun Bronggang, Argomulyo, Cangkringan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Korban jiwa melonjak dari 36 orang pada letusan 26 Oktober menjadi 151 orang hingga Selasa (9/11/2010).

Pada rangkaian erupsi itu Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dua kali menaikkan radius bahaya primer dari semula 10 km menjadi 15 km (3 November) pukul 15.55 dan dari 15 km menjadi 20 km pada pukul 01.00 (5 November).

Badan Geologi memperkirakan, volume material vulkanik yang dimuntahkan Merapi selama 26 Oktober-9 November mencapai 140 juta meter kubik. Jumlah itu 10 kali lebih besar daripada volume erupsi 2006.

Benarkah Merapi meninggalkan kelaziman erupsi efusif yang dikenal warga?

Berubah-ubah

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com