Sebetulnya ada tiga pilihan, yakni tetap di Kediri, dibawa ke kampung halamannya, atau disemayamkan di TMP Kalibata. Pihak keluarga kandung tampaknya lebih memilih opsi terakhir, karena ini sekaligus merupakan pengakuan pemerintah terhadap kepahlawanan Tan Malaka selama ini. Meskipun diangkat sebagai pahlawan nasional pada era Soekarno dan gelar itu tidak pernah dicabut, sepanjang 30 tahun pemerintahan Soeharto nama Tan Malaka dihapus dalam pelajaran sejarah di sekolah.
Sebagai tambahan saja, Taman Makam Pahlawan Kalibata terletak dekat Rawajati, Jakarta, tempat tinggal Tan Malaka selama menulis bukunya yang monumental, Madilog. Di Kediri, pada situs tempat ditemukan jenazah sebaiknya dibangun sebuah monumen yang dapat dijadikan obyek wisata sejarah ”Di sini pernah dimakamkan Tan Malaka, pahlawan nasional”.
Sementara itu, di kampung kelahirannya di Sumatera Barat didirikan museum Tan Malaka. Momentum Hari Pahlawan 10 November 2010 ini sebetulnya sangat tepat bagi Kementerian Sosial untuk ”merehabilitasi kepahlawanan Tan Malaka” yang telah mereka jadikan off the record selama Orde Baru.