Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Al Qaeda Pun Adopsi Teknologi Barat

Kompas.com - 07/11/2010, 03:42 WIB

Tanzim Al Qaeda sayap Jazeera al-Arab yang berbasis di Yaman kembali menjadi berita internasional menyusul keterlibatannya dalam pengiriman dua paket bom yang ditemukan di bandar udara Dubai dan Inggris (East Midlands Airport) pada Jumat, 29 Oktober lalu.

Dua paket bom itu akan dikirim ke AS untuk menghancurkan sinagoge di Chicago dan kota lainnya di AS.

Tanzim Al Qaeda sayap Jazeera al-Arab (AQAP), Jumat (5/11), secara resmi melalui situsnya mengklaim bertanggung jawab atas pengiriman dua paket bom tersebut dan berjanji akan mengirim lagi paket bom melalui pesawat penumpang atau kargo.

Kasus pengiriman paket bom itu tentu saja merupakan inovasi baru dari pola serangan Tanzim Al Qaeda dengan mengusung teknologi cukup canggih.

Dua bom itu berisi 300 sampai 400 gram bahan peledak berkekuatan tinggi, PETN, yang disembunyikan di dalam kotak tinta isi ulang printer komputer.

Perkembangan itu menunjukkan tentang tiga hal dalam tubuh Tanzim Al Qaeda saat ini. Pertama, adanya pergeseran luar biasa dari pijakan ideologi Tanzim Al Qaeda dengan bersedia mengadopsi teknologi barat. Sebelum ini Al Qaeda menolak apa pun yang berbau Barat, termasuk teknologinya. Kedua, adanya peralihan generasi dalam jaringan Tanzim Al Qaeda, di mana arsitek dan operator jaringan tersebut kini di tangan generasi muda yang lebih melek teknologi.

Ketiga, AQAP menjadi ujung tombak operasi jaringan Tanzim Al Qaeda berteknologi tinggi karena dukungan sumber daya manusia yang cukup, baik secara intelektual maupun penguasaan teknologi. Dengan demikian, AQAP merupakan jaringan Al Qaeda yang paling berbahaya saat ini.

Sebelum isu paket bom, AQAP juga terlibat pengiriman pria asal Nigeria, Umar Farouk Abdulmutallab, yang gagal mencoba meledakkan pesawat Northwest Airlines yang mengangkut 278 penumpang saat mendarat di Detroit dari Amsterdam pada 25 Desember 2009. Abdulmutallab juga menggunakan jenis bahan peledak yang sama, yakni bahan peledak jenis PETN.

Bagi jaringan Tanzim Al Qaeda, inovasi pola serangan dengan mengusung teknologi pada saat ini dan masa mendatang sangat penting karena semakin ketatnya sistem keamanan nasional, regional, dan internasional sehingga sulit mengulang pola serangan langsung seperti 11 September 2001.

Upaya mempercanggih pola serangan Tanzim Al Qaeda itu bisa dibaca dari pernyataan komandan militer AQAP, Qasim al-Rimi, pada 11 Oktober.

Qasim al-Rimi saat itu menyerukan, pakar-pakar fisika, kimia, elektro, dan bidang teknologi lainnya bergabung dengan Tanzim Al Qaeda untuk pengembangan kualitas serangan secara teknologi gerakan radikal tersebut saat ini dan pada masa mendatang.

Beberapa pekan setelah seruan Qasim al-Rimi itu, lalu mencuat berita ditemukannya dua paket bom itu.

Aktivis teras AQAP, Ibrahim al-Asiri, diduga arsitek utama pengiriman dua paket bom.

Ibrahim al-Asiri adalah saudara Abdullah al-Asiri, pelaku percobaan pembunuhan yang gagal terhadap Menteri Dalam Negeri Arab Saudi Pangeran Naif bin Abdel Aziz, pada tahun 2009.

Ibrahim al-Asiri tentu tidak bekerja sendirian, tetapi berantai. Ia tak terlepas dari mentornya, yaitu Qasim al-Rimi.

Qasim al-Rimi dalam rekaman suara pada 11 Oktober lalu mengungkapkan, Tanzim Al Qaeda sedang menyiapkan sebuah serangan atas sasaran di AS.

”Kami sedang menyiapkan serangan itu siang malam. Demi Tuhan, kami tidak rela hidup dalam situasi perang di negeri kami, sedangkan negeri musuh dalam keadaan aman,” kata Al Rimi saat itu.

Al-Rimi dan Ibrahim al-Asiri adalah termasuk dari daftar 85 buronan Arab Saudi karena dituduh sebagai perancang berbagai sasaran serangan di negara Arab kaya minyak itu.

Al-Rimi bernama lengkap Qasim Muhammad Mahdi dan memiliki julukan Abu Hurairah dan Abu Ammar.

Al-Rimi dan koleganya, Nasser al-Wahayshi, muncul sebagai pemimpin AQAP sejak awal tahun 2009. Al-Rimi dan Al-Wahayshi yang berwarga negara Arab Saudi sejak dibebaskan dari penjara Guantanamo malah semakin radikal. Mereka kemudian lari ke Yaman setelah dikejar-kejar aparat keamanan Arab Saudi. Al-Rimi sempat ditangkap di Yaman, tetapi kemudian berhasil melarikan diri dari penjara.

Al-Rimi dan Al-Wahayshi kini diduga kuat berada di bawah pengaruh kuat dua pemimpin AQAP berwarga negara AS yang kini bermukim di Yaman, Anwar al-Aulaqi dan Samir Khan.

Para pimpinan AQAP saat ini sedang gencar melancarkan kampanye perekrutan anggota baru dengan menerbitkan majalah berbahasa Inggris yang dirilis melalui jaringan internet. Salah satu artikel yang dimuat majalah tersebut berjudul ”Bagaimana Cara Membuat Bom di Dapur Ibumu?”.

Salah satu artikel lagi yang ditulis aktivis AQAP, Samir Khan, berjudul ”Saya Bangga Mengkhianati AS”.

Samir Khan yang dibesarkan di North Carolina dan New York, AS, diduga kuat bergabung dengan Tanzim Al Qaeda pada tahun lalu. Dinas intelijen AS, baik CIA maupun FBI, sangat mencemaskan figur semacam Samir Khan dan Anwar al-Aulaqi yang dikenal memiliki kemampuan intelektual tinggi dan penguasaan teknologi.

Diduga kuat masih puluhan lagi warga AS yang bergabung dengan AQAP di Yaman, tetapi mereka di bawah kelas Samir Khan dan Anwar al-Aulaqi.

AQAP semula tidak menaruh sasaran utama serangan mereka atas sasaran di AS, tetapi atas sasaran di Arab Saudi.

Namun, sejak bergabungnya figur pemimpin Al Qaeda asal AS, seperti Samir Khan dan Anwar al-Aulaqi, ada pergeseran sasaran dari Arab Saudi ke AS.

Karena itu, Anwar al-Aulaqi dan Samir Khan adalah arsitek utama serangan Tanzim Al Qaeda atas berbagai sasaran di AS.

Musthafa Abd Rahman dari Kairo, Mesir

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com