JAKARTA, KOMPAS.com — Komisi Pemberantasan Korupsi saat ini masih terus mencari upaya untuk melanjutkan pemeriksaan terhadap Nunun Nurbaeti, terkait kasus dugaan suap pada pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda Suaray Goeltom.
Sudah berkali-kali Nunun dipanggil, tetapi tidak pernah bisa diperiksa karena sakit lupa. Kini, malah beredar kabar bahwa Nunun tidak berada di Indonesia.
"Kami sedang memikirkan mekanisme second opinion karena kami dapat info bahwa yang bersangkutan tidak ada di Jakarta. Bagaimana melakukan pendapat kedua tentang kesehatan Bu Nunun. Bukan sembuh total, tapi secara medis apakah bisa dilakukan pemeriksaan," ujar juru bicara KPK, Johan Budi, Selasa (2/11/2010) di Gedung KPK, Jakarta.
Johan menjelaskan, KPK selama ini terus memanggil Nunun. Namun, pemanggilan selalu gagal karena yang bersangkutan masih sakit dan tidak berada di Jakarta. Meski demikian, surat keterangan sakit akan terus dipelajari.
Menurutnya, keterangan Nunun memang penting untuk membongkar identitas pemberi dana senilai Rp 24 miliar yang diberikan untuk memuluskan langkah Miranda menjadi Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia.
"Bu Nunun memang penting didengar keterangannya dalam kaitan menulusur itu, tapi bukan satu-satunya untuk tahu siapa pemberi TC (cek perjalanan)," ungkap Johan.
Nunun merupakan saksi kunci dalam kasus dugaan suap Rp 24 miliar kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior BI Miranda S Goeltom. Selama ini, sidang Pengadilan Tipikor baru bisa mengungkap keberadaan Arie Malangjudo sebagai pihak perantara antara Nunun serta anggota Fraksi Partai Golkar, PPP, PDI-P, dan TNI/Polri sebagai penerima. Akan tetapi, keberadaan sponsor besar di balik pemberian cek perjalanan tersebut hingga kini masih buram.
Sebagai informasi, Arie adalah mantan Direktur Utama PT Wahana Esa Sejati, perusahaan milik Nunun.Dalam beberapa kali sidang, Arie menyebutkan bahwa dia hanyalah pihak perantara yang mendapat tugas dari Nunun untuk mengantarkan cek perjalanan kepada beberapa tersangka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.