Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mentawai Kini Jadi Buah Bibir

Kompas.com - 30/10/2010, 06:39 WIB

Oleh Siri Antoni

PADANG, KOMPAS.com--Mentawai, satu dari 19 kabupaten dan kota di wilayah Sumatra Barat dan berada di arah pantai barat Sumatera kini menjadi buah bibir.

Sejak awal pekan ini, Mentawai menjadi kata yang mungkin paling sering dibicarakan di kalangan masyarakat. Betapa tidak, bencana yang pernah terjadi menghantam wilayah pesisir Aceh 2004 lalu, kini menerpa kembali wilayah tempat idola bagi wisatawan mancanegara itu.

"Pusat gempo..disiko (pusat gempa disini.Red)," kata gadis cilik ketika melihat peta wilayah Sumatra yang berada didinding kantor ibunya.

Naifah, nama anak itu, yang duduk di taman kanak-kanak begitu kocak menyebut nama Mentawai...Mentawai sambil menunjuk lokasi Mentawai di peta tersebut.

Peristiwa mengenaskan itu, terjadi akibat gempa berkekuatan 7,2 Skala Richter (SR) lokasi gempa berada pada 3.61 lintang selatan (SL)-99.93 Bujur Timur (BT) pada pusat 78 km barat daya Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai, Sumbar pada hari Senin (25/10) sekitar pukul 21.42 WIB.

Berselang hitungan menit pascagempa malam awal pekan itu, keluar peringatan dini dari BMKG berpotensi tsunami. Peringatan itu, membuat semua orang percaya dan tidak, apakah memang benar-benar terjadi gelombang tsunami.

Namun, sirine pendeteksi tsunami yang di pasang beberapa titik di pinggiran kota Padang, arah ke pantai tak ada yang berbunyi, bahkan sebagian masyarakat pascagempa ada yang melihat air laut di pantai Padang.

Peringatan dini Senin malam itu berlalu, karena BMKG mencabut dan menyatakan tak berpotensi tsunami.

Warga Padang yang berada dipinggiran pantai, bagi yang sempat mengungsi ke zona hijau diminta kembali ke rumah masing-masing.

Gangguan komunikasi ke Mentawai pascagempa Senin malam sempat terputus, dan tak ada respons telepon genggam yang dituju.

Selasa pagi pun, ketika ditanya kebenaran pada pihak-pihak yang berkompeten pun dalam penanganan bencana, masih belum ada kepastian tentang benar dan tidaknya terjadi tsunami.

Hari beranjak siang (Selasa), satu per satu informasi diperoleh media mulai mengejutkan, adanya korban jiwa dan rumah rusak serta air naik ke permukiman penduduk di Bulasat, Munte Baru dan Bosuwa Pagai Selatan, dan Silabu, Pagai Utara sekitar satu sampai tiga meter.

Perkembangan data korban tewas dan hilang terus bertambah, karena jaringan telekomunikasi melalui telepon seluler sudah bisa tersambung antara Padang dan Mentawai.

Jadi, Selasa siang baru diyakini bencana dengan gulungan gelombang yang menghapus rumah-rumah masyarakat yang menghadap ke laut lepas atau Samudera Hindia itu.

Korban Berjatuhan

Bencana tiba, memang tak satu pun manusia yang bisa memastikan kapan tanggal, hari, jam dan detiknya, hanya Sang Pencipta langit dan bumi.

Manusia, para ahli dan pakar, hanya bisa memprediksi, kemungkinan bencana gempa dan tsunami akan melanda. Prediksi gempa berkekuatan 8,9 SR yang akan terjadi di bawah laut bagian barat Mentawai sebelumnya telah diperkirakan tim ahli dari LIPI.

Bencana itu, ternyata menimpa saudara-saudara yang berada di Kepaluan Mentawai --luas wilayah sekitar 6.549 km per segi-- ujung barat wilayah NKRI.

Data sementara Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalop) Penanggulangan Bencana Sumbar mencatat sudah sebanyak 154 mayat korban gempa dan tsunami Mentawai ditemukan hingga Rabu siang sekitar pukul 14.00 WIB.

Data korban meninggal yang masuk ke Pusdalop PB Sumbar merupakan laporan dari Posko Penanggulangan Bencana di Sikakap, Kepulauan Mentawai.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Harmensyah menyebutkan, sementara yang masih diduga hilang 400 orang, luka berat 15 orang, luka ringan 25 orang.

Rumah ibadah yang rusak lima unit, SD sebanyak tiga unit, SMA satu unit dan jembatan lima unit.

Diperkirakan sebanyak 4.000 kepala keluarga yang mengungsi akibat bencana gempa dan tsunami.

Sementara itu, Posko Lumbung Derma yang beranggotakan 29 LSM dan Organisasi Mahasiswa Mentawai di Kota Padang Sumbar mencatat korban jiwa yang meninggal akibat gempa disertai tsunami 164 mayat.

Pencarian korban jiwa yang diduga hilang akibat tsunami masih terus berlangsung oleh tim gabungan dari Polri, TNI, SAR dan BPBD kabupaten dan provinsi Sumbar.

Bantuan tim evakuasi dari berbagai elemen, sejak sehari pascagempa dan tsunami sudah dikirimkan melalui jalur laut.

Meskipun, kapal-kapal pembawa bantuan logistik dan tim evakuasi dari pesisir pantai Padang, menghadapi hantaman gelombang yang tinggi di perairan Sumbar, tetapi satu persatu sudah mulai merapat di Mentawai.

Sedangkan di hari kedua pascagempa, dijadwalkan tiga kapal pengangkut bantuan dan relawan yang sudah mendaftar di Pusdalop PB Sumbar, menuju Kepulauan Mentawai.

Bencana tsunami yang melanda Mentawai, menjadi perhatian pemerintah secara nasional, sehingga Wakil Presiden RI Boediono bersama sejumlah manteri Kabinet Indonesia Bersatu II, meninjau langsung lokasi yang terkena dampak bencana tsunami itu.

Cuaca buruk tak hanya menghadapi gelombang laut, tetapi rombongan Wapres setelah tiba Mentawai dan hendak menuju kembali ke BIM Sumbar, diguyur hujan lebat.

Namun, penerbangan yang dilakukan tiga helikopter mendarat dengan selamat di BIM, dan menemukan daerah yang dikunjungi rumah penduduk rata dengan tanah.

Deputi II BNPB, Sutrisno mengatakan setelah meninjau bersama dengan Wapres, Rabu, bahwa perkampungan masyarakat Mentawai yang banyak terkena hantaman tsunami di bagian laut lepas.

Perkampungan penduduk yang direndam air sampai tiga meter itu, kini telah ditinggal penguhuni dan banyak yang berada dipengungsian.

"Puing-puing materil bangunan rumah masyarakat Mentawai yang terkena hantaman tsunami itu, sampai dihempas ke pinggir hutan," kata Sutrisno di Bandara Keping Padangpariaman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com