JAKARTA, KOMPAS.com — Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengeluarkan rilis survei terbaru mengenai warisan politik Soeharto. Mantan Presiden yang berkuasa selama 32 tahun itu belakangan kembali ramai diperbincangkan menyusul usulan penabalan gelar pahlawan nasional atas dirinya.
Beberapa waktu lalu, putranya, Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, menyatakan ketertarikan untuk berkiprah di kancah politik. Namun, menurut survei LSI, baik Tommy maupun kakaknya, Siti Hardiyanti Rukmana (Tutut), yang pernah mendirikan partai, berpeluang kecil melanjutkan kedigdayaan politik orangtuanya.
Direktur LSI Dodi Ambardi menyebutnya sebagai akhir dari warisan politik Soeharto. "Warisan politik Soeharto tampaknya sudah berakhir. Segala upaya untuk memulihkan nama baik dan warisan politik Soeharto bertabrakan dengan aspirasi rakyat," kata Dodi, Jumat (22/10/2010), dalam jumpa pers di Kantor LSI, Menteng, Jakarta Pusat.
Gagasan menjadikan Soeharto sebagai pahlawan nasional pun, menurutnya, akan mendapatkan perlawanan. Berdasarkan survei LSI terhadap sekitar 2.500 responden pada 7-21 Oktober 2010 menunjukkan, Tommy cukup populer.
Sebanyak 72 persen mengaku mengetahui Tommy. Akan tetapi, dari mayoritas yang mengetahui Tommy menyatakan tak menyukai (47 persen) sosok "Pangeran Cendana" tersebut. Ketika diajukan pertanyaan, "Bila pemilihan presiden diadakan sekarang, siapa yang akan dipilih?" Hanya 0,8 persen yang memilih Tommy.
"Sisanya, sebanyak 73,2 persen memilih nama selain Tommy," ujar Dodi. Dengan hasil tersebut, dalam analisis LSI, secara elektabilitas, Tommy masih sangat rendah.
Rendahnya tingkat keterpilihan, menurut Dodi, karena masih adanya persepsi negatif yang melekat pada rezim Soeharto. "Resistensi terhadap Tommy konsisten dengan penilaian negatif terhadap Soeharto dan otoritarianisme Orde Baru," katanya.
Peneliti Senior LSI, Burhanuddin Muhtadi, mengatakan, berakhirnya warisan politik Soeharto juga ditandai dengan tidak berjayanya partai yang dibentuk Tutut, Partai Karya Peduli Bangsa, pada arena pemliu.
"Partai yang diasosiasikan dengan Soeharto dan menjual romantika Orba tidak dapat dukungan publik," ujarnya.
Hasil survei terhadap elektabilitas Tommy, dinilainya, juga menghilangkan anggapan bahwa anak-anak Soeharto akan mudah mengail dukungan masyarakat karena kebesaran nama ayahnya.
"Ternyata tidak ada justifikasi empiriknya. Popularitas tinggi, tapi banyak yang tidak suka. Ini karena masyarakat melihat aspek negatifnya," kata Burhan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.