Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TAJUK RENCANA

Kompas.com - 11/10/2010, 03:09 WIB

enganugerahan Hadiah Nobel Perdamaian 2010 kepada Liu Xiaobo mengirimkan pesan yang jelas dan tegas kepada Pemerintah China.

Pesan itu adalah kemajuan di bidang ekonomi yang memberikan kemakmuran harus dibarengi atau diimbangi dengan kemajuan pula di bidang politik, demokrasi, penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia. Apalah artinya makmur kalau kemanusiaan manusia kurang dihargai.

Liu Xiaobo, yang sekarang meringkuk di sebuah sel di sebuah kota, 500 kilometer dari Beijing, adalah seorang pejuang hak-hak asasi manusia. Ia menjadi orang ketiga yang ketika menerima Hadiah Nobel Perdamaian sedang dipenjara oleh pemerintahnya. Dua tokoh lainnya adalah pemimpin oposisi Myanmar, Aung San Suu Kyi (1991), dan Carl von Ossietzky (1935).

Keputusan Komite Nobel Norwegia menganugerahkan Hadiah Nobel Perdamaian kepada Liu Xiaobo adalah sebuah pengakuan ”terhadap perjuangan panjang dan tanpa kekerasan bagi tegaknya hak-hak asasi manusia yang fundamental di China”.

Secara tidak langsung, Hadiah Nobel Perdamaian yang diterima Liu Xiaobo ini juga adalah Hadiah Nobel Perdamaian untuk rakyat Tibet, Xinjiang, dan juga kelompok minoritas lainnya di China, yang kurang bisa menikmati nilai-nilai kebebasan sebagai manusia yang bebas.

Karena itu, sangat masuk akal kalau Pemerintah China tidak senang terhadap keputusan Komite Nobel Norwegia. Bahkan, seperti tersiar di berbagai media, Kementerian Luar Negeri China menyebut penganugerahan Hadiah Nobel Perdamaian kepada Liu Xiaobo itu sebagai ”penodaan” terhadap Hadiah Nobel Perdamaian.

Bahkan, Liu Xiaobo disebut sebagai ”seorang penjahat yang telah dihukum karena melanggar hukum China”. Apakah itu berarti Komite Nobel bertindak salah? Liu Xiaobo telah menjadi simbol terkemuka dalam perjuangan menegakkan hak-hak asasi manusia di China.

Lewat dokumen yang disebut Charter 08, Liu Xiaobo menyerukan perlunya reformasi konstitusional secara bertahap di China. Apa yang diserukan Liu Xiaobo itu mendatangkan dukungan. Semula ada 300 penanda tangan pendukung dokumen itu dan ketika dilempar ke internet membengkak menjadi 10.000 penanda tangan yang sebagian besar adalah para intelektual. Memang, para intelektual penanda tangan itu tidak merepresentasikan rakyat China yang lebih dari satu miliar. Akan tetapi, China kaya akan reformasi politik yang dipimpin kaum elite.

Pada akhirnya, seperti kalimat yang mengawali tulisan pendek ini, pesan dari Nobel yang diterima Liu Xiaobo sangat jelas dan tegas: reformasi ekonomi harus disertai reformasi politik sebab jika tanpa disertai reformasi politik yang menghormati nilai-nilai kemanusiaan, keberhasilan di sektor ekonomi akan kehilangan maknanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com