Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hikmahanto: Kenapa SBY Harus Takut?

Kompas.com - 05/10/2010, 22:41 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar hukum internasional dari Univesitas Indonesia, Hikmahanto Juwana menyayangkan penundaan kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Belanda.

Menurut Hikmahanto kepada pers di Jakarta, Selasa (5/10/2010), tidak ada alasan yang masuk akal mengapa kunjungan resmi atas undangan pemerintah Belanda itu harus dibatalkan.

Ia mengatakan, Presiden SBY sebenarnya sudah pada titik tidak bisa kembali lagi atau point of no return karena semuanya tentunya sudah direncanakan dan semua kemungkinan sudah diantisipasi.

"Saya rasa pembatalan itu kurang tepat. Pertama, karena pembatalan yang dilakukan sangat mendadak dimana segala persiapan dan tentunya kemungkinan telah diantisipasi. Ini justru akan menimbulkan pertanyaan masyarakat di Indonesia dan juga masyarakat internasional ada apa sampai dibatalkan," katanya.

Alasan karena adanya tuntutan hukum yang diajukan oleh aktivis Republik Maluku Selatan (RMS), menurut dia, seharusnya tidak menjadi alasan pembatalan.

"RMS itu setahu saya mengajukan tuntutan adanya kebijakan negara yang memperlakukan RMS dengan tidak adil dan dianggap melanggar HAM.  Kalau kebijakan negara, kenapa juga SBY harus takut? Kan bukan kebijakan pribadi. Lagi pula kalau kebijakan negara masuknya ke Tata Usaha Negara bukan pengadilan umum," katanya.

Kalau alasannya karena alasan pelanggaran HAM yang dilakukan Presiden Yudhoyono selama menjadi anggota TNI, menurut Hikmahanto, juga tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Selain karena selama menjadi tentara, Presiden Yudhoyono tidak pernah bertugas di Ambon, juga selama menjadi tentara tidak memiliki track record atau rekam jejak sebagai pelanggar HAM.

"Ini akan menjadi preseden buruk bagi Negara Indonesia, karena jika pemberontak atau LSM menolak dan melakukan tindakan-tindakan penentangan terhadap rencana kedatangan, maka bisa saja ke depan setiap kali Presiden Indonesia mau berkunjung direcoki dengan hal itu saja, maka kunjungan tidak jadi. Ini tentunya sangat tidak baik," katanya.

Presiden Yudhoyono, menurut Hikmahanto, juga tidak perlu khawatir akan ditangkap di Belanda, karena ada hukum Internasional yang mengatakan bahwa diplomat tidak akan mungkin bisa ditangkap atau dalam istilahnya kebal hukum.

"SBY kebal hukum dan dilindungi oleh hukum internasional. Yang paling ekstrem kalau di sana SBY melakukan tindak pidana seperti pembunuhan pun dalam kunjungan kerjanya di sana, maka tidak dapat dihukum karena kekebalan diplomatiknya itu. Paling hanya di ’persona non grata’ atau diusir dari negeri tersebut," katanya.

Menurut Hikmahanto, posisi Presiden Yudhoyono yang diundang resmi oleh pemerintah Belanda tidak akan pernah mungkin dibiarkan adanya upaya penangkapan terhadap tamunya. Pemerintah Belanda sebagai pengundang tentunya akan menjaga agar tamunya senyaman mungkin di negerinya.

Pemerintah Belanda tidak akan mungkin membiarkan tamunya dipermalukan seperti itu. "Kalau Presiden Yudhoyono ditangkap maka yang paling dipermalukan adalah Pemerintah Belanda itu sendiri," tegasnya.

Dengan kondisi seperti itu, menurut dia, memang tidak ada alasan yang sangat  masuk akal mengenai alasan pembatalan itu. "Saya tidak tahu ada apa sebenarnya dan apa alasan sebenarnya sehingga kunjungan itu dibatalkan. Hal itu hanya SBY sendiri yang bisa menjawabnya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

    Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

    Nasional
    Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

    Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

    Nasional
    Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

    Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

    Nasional
    Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

    Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

    Nasional
    Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

    Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

    Nasional
    Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

    Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

    Nasional
    Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

    Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

    Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

    Nasional
    Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

    Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

    Nasional
    Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

    Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

    Nasional
    Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

    Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

    Nasional
    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

    Nasional
    Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

    Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com