Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Robohnya Kerukunan Beragama

Kompas.com - 25/09/2010, 03:09 WIB

Oleh Yenny Zannuba Wahid

Penganiayaan terhadap pengurus Gereja Huria Kristen Batak Protestan, Asia Lumban Toruan, tidak hanya menimbulkan luka fisik, tetapi juga luka pada bangunan kerukunan beragama di Indonesia.

Negara yang dibangun di atas fondasi perbedaan—mengambil bentuk kalimat klasik Majapahit ”Bhinneka Tunggal Ika”—ternyata begitu rapuh. Perbedaan tidak lagi menjadi perekat persatuan, tetapi penyebab gesekan sosial di masyarakat. Inilah masalah yang dihadapi Indonesia kekinian.

Guncangan terhadap kerukunan beragama tidak bisa dianggap main-main. Sejarah menunjukkan bagaimana negara hancur ketika pluralisme diabaikan. Kejadian di Balkan, Kashmir, Afganistan, adalah sederet contoh kehancuran ketika perbedaan menjadi ajang untuk saling menghabisi.

Indonesia pun berpotensi serupa. Sedari awal, negeri ini berdiri di atas fondasi perbedaan etnis, agama, bahasa, dan kelompok sosial yang berbeda-beda; sebuah rangka bangun yang sangat rentan terhadap konflik.

Salah satu persoalan pluralisme terletak pada penyikapan atas perbedaan agama. Entah apa yang terjadi, sekelompok masyarakat kita enggan menoleransi perbedaan agama. Di mata mereka, agama yang berbeda merupakan ancaman dan harus dihancurkan. Padahal, jaminan atas sebuah keyakinan yang berbeda merupakan kata kunci kerukunan beragama.

Tak dapat dimungkiri, toleransi merupakan bagian inheren kehidupan manusia. Lewat toleransi, transformasi sosial terjadi. Namun, sayang, potensi yang sebetulnya merupakan kekuatan justru dikoyak oleh chauvinisme beragama. Akibatnya, kaum mayoritas menindas minoritas.

Sejarah persekusi dan represi mayoritas terhadap minoritas terjadi karena kesempitan pandangan dan kezaliman. Dalam sekelompok masyarakat sering terjadi formalisasi ajaran agama berlebihan, yang berakibat pada penggencetan kelompok lain yang berbeda. Ruang gerak dan kebebasan untuk menjalankan keyakinan dari kelompok minoritas sengaja dilucuti sehingga terintimidasi meski sekadar untuk beribadah. Jelaslah, ini bukan sekadar persoalan regulasi.

Revisi tidak cukup

Ketika kerukunan beragama retak, regulasilah yang pertama diributkan, Akar persoalan tidak pernah ditangani. Ini khas bangsa kita, meributkan asap tanpa mau bersusah payah mencari sumbernya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com