Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden: Cari Solusi Bijaksana

Kompas.com - 15/09/2010, 03:43 WIB

Kesembilan tersangka adalah AF (25) selaku koordinator, DTS (24), NN (29), KN (17), HDK (17), HDN S (18), ISM (28), PN (25), dan KA (18). Polisi juga menyita barang bukti berupa tiga sepeda motor, visum et repertum, baju korban, rekaman video di lokasi pemukulan, baju tersangka yang dikenakan saat kejadian, dan balok yang diduga digunakan untuk memukul korban Luspida.

”Siapa yang menusuk, masih dalam penyelidikan. Soal terencana atau tidak, kami juga masih memeriksa lebih lanjut,” kata Timur. Barang bukti berupa senjata tajam yang digunakan untuk penusukan juga belum ditemukan.

Timur menegaskan, tidak ada tanda keterlibatan organisasi masyarakat tertentu dalam insiden penusukan terhadap Asia Lumban Toruan dan pemukulan terhadap Luspida.

Menurut Timur, insiden itu merupakan akumulasi kekesalan warga sekitar yang merasa terganggu akibat kemacetan karena banyak kendaraan jemaat HKBP yang diparkir di sekitar tempat ibadah. Keluhan warga ditanggapi dengan dua kali penyegelan rumah tinggal yang dipakai untuk beribadah oleh Pemerintah Kota Bekasi. Jemaat HKBP lalu menggunakan lahan kosong, sekitar 3 kilometer dari rumah itu, sejak Juli 2010 untuk beribadah.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Boy Rafli Amar menambahkan, polisi masih mengembangkan pemeriksaan dan penyelidikan untuk mengetahui motif yang melatari tindakan tersangka. Dari hasil pemeriksaan, kesembilan tersangka diketahui berasal dari Bekasi dan Jakarta.

Ancam toleransi

Di Jakarta, Selasa, sejumlah pemuka agama mendesak Polri agar segera menuntaskan kasus kekerasan yang menimpa pendeta dan anggota HKBP di Bekasi. Dengan diketahuinya identitas dan motif pelaku, tidak menimbulkan saling tuduh antarwarga yang mengancam toleransi beragama.

”Polisi segera menuntaskan kasus ini agar bisa diadili secara terbuka untuk tahu motifnya,” kata Din Syamsuddin, Ketua Presidium International Religion Council Indonesia. Ia mewakili sejumlah tokoh agama yang sebelumnya bertemu. Mereka antara lain Ketua Majelis Ulama Indonesia Amidhan, Ketua Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia Pendeta Andreas Yewangoe, Benny Susetyo Pr dari Konferensi Waligereja Indonesia, dan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Kota Bekasi Badruzzaman Busyairi.

Din, yang juga Ketua Umum PP Muhammadiyah, juga meminta umat Islam dan Kristen tak terprovokasi dengan kasus ini. Eskalasi kasus ini akan merugikan semua pihak.

Badruzzaman menambahkan, dari video yang ditunjukkan kepada warga, tak seorang pun mengenal tersangka penusukan. ”Diduga pelaku bukan warga setempat,” katanya.

Amidhan menegaskan, tak ada istilah mayoritas dan minoritas dalam kebebasan beragama. ”Umat Islam yang besar harus lentur. Jangan ada eskalasi,” katanya. Polisi juga penting segera mengusut dan membuka masalah ini di pengadilan.

Yewangoe menyatakan, PGI percaya kepada polisi. Semua hal akan terbuka di pengadilan.

Secara terpisah, anggota Komisi I DPR, Lily Chadidjah Wahid, mendesak Polri mengusut tuntas kasus yang dialami jemaat HKBP Pondok Timur Indah. ”Apabila tak ditangani tuntas, saya khawatir ini akan melebar,” katanya seusai menjenguk Asia dan Luspida di rumah sakit. (har/edn/fro/cok/mam)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com