Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekstra Hati-Hati di Cijapati

Kompas.com - 04/09/2010, 15:19 WIB

Oleh Adhitya Ramadhan

Saban tahun Nagreg selalu menjadi simpul kemacetan yang membuat stres pemudik di jalur selatan Jawa Barat. Jalan lingkar Nagreg sepanjang sekitar 7 kilometer yang belum sempurna pada mudik Lebaran 2010 rencananya difungsikan untuk mengurai kemacetan. Toh, polisi tetap mengantisipasi kemacetan parah di Nagreg dengan menyiapkan jalur alternatif.

Kepala Kepolisian Resor Garut Ajun Komisaris Besar Yayat Ruhiat Hidayat menyampaikan, salah satu jalur alternatif untuk menghindari kemacetan Nagreg ialah jalur Cijapati-Kadungora. Jalan sepanjang sekitar 28 kilometer ini menghubungkan Kabupaten Bandung dengan Kabupaten Garut.

Jalur Cijapati memang menyajikan pemandangan Bandung yang memikat. Namun, di malam hari pengemudi harus ekstra hati-hati melewati jalan ini.

Pemantauan di jalur Cijapati, Selasa (31/8), menunjukkan, sangat jarang penerangan jalan umum terpasang di jalur tersebut, terutama di titik-titik rawan kecelakaan. Salah satunya adalah di ruas jalan yang di satu sisinya terdapat jurang.

Sesuai penelusuran dari titik awal jalur Cijapati di Cicalengka, Bandung, hingga Kadungora, Garut hanya ada empat rambu lalu lintas. Itu pun tiga di antaranya sudah memudar warnanya. Ketiadaan cermin cembung di tikungan tajam dan minimnya pembatas jalan dengan jurang di kiri atau kanannya sangat membahayakan pengemudi.

Masih di jalur Cijapati, apabila melintas di Desa Karangmulya, Kadungora, Garut, pengemudi wajib hati-hati karena ada pelintasan kereta api yang tidak berpintu dan tanpa penjaga.

Pada arus balik, setelah berhasil melalui Cijapati dan keluar di Cicalengka, pengemudi masih harus melewati jalan berlubang. Bahkan, saat curah hujan tinggi, beberapa ruas jalan di Cicalengka itu berpotensi tergenang banjir akibat tiadanya drainase.

Belum lagi sekitar 200 meter menjelang Jalan Raya Barat Cicalengka, kendaraan harus antre karena separuh badan jalan sedang dibeton sehingga tidak bisa dilalui.

Koordinator Travel Cipaganti Tasikmalaya Dani Hadiansyah mengatakan, sebagian sopir travel cenderung memilih jalur alternatif untuk menghindari macet. Akan tetapi, ada juga yang tetap melalui jalur utama.

Mereka yang setia di jalur utama beranggapan, semacet apa pun, polisi akan memprioritaskan pemudik di jalur utama dengan sistem buka-tutup arus kendaraan. Sementara kendaraan di jalur alternatif bisa-bisa dibiarkan dan dilupakan jika kemacetan di jalur utama sudah teratasi.

Jangan hanya karena sebutannya "jalur alternatif" pemerintah tidak menyiapkan jalur tersebut dengan sarana yang seharusnya ada, seperti penerangan, rambu lalu lintas, papan peringatan, pembatas jalan, dan cermin cembung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com