Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka (Tetap) Anak Pintar...

Kompas.com - 24/08/2010, 11:20 WIB

Oleh Indira Permanasari

KOMPAS.com - Masa awal belajar di sekolah dasar (SD) merupakan saat menyiksa bagi Aigis Arira. Gadis itu kesulitan membedakan huruf ”b” dan ”d”. Kedua huruf itu sering terbalik di dalam benaknya. Pekerjaan menyalin pun sering salah walaupun Aigis sudah duduk di bangku paling depan.

Suatu kali hendak menggambar kubus, hasilnya malah trapesium,” ujar Aigis, seorang penyandang disleksia, saat berbagi kisah dalam acara ”Menuju Layanan Pendidikan Prima untuk Melindungi Seluruh Anak Indonesia”, beberapa waktu lalu.

Aigis kini terdaftar sebagai mahasiswi di sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung. Hasil sebuah perjalanan panjang. Di dunia pendidikan yang didominasi keterampilan membaca, menulis, dan berhitung, Aigis harus bekerja keras.

Disleksia berasal dari bahasa Yunani, yakni dys (kesulitan) dan lexia (kata-kata), untuk menyebut gangguan yang memengaruhi pengembangan keterampilan literasi dan bahasa. Orang dengan disleksia mengalami masalah belajar spesifik, terutama terkait kata-kata. Di dalam pikiran Aigis, misalnya, huruf-huruf dalam tulisan bercampur aduk dan tidak beraturan sehingga sulit dibaca dan diingat.

Intelegensia normal

Dokter spesialis anak-konsultan saraf anak, Purboyo Solek, mengatakan, anak disleksia berpotensi besar. Anak dengan disleksia memiliki intelegensia normal atau di atas rata-rata. Hal itu yang membedakan anak dengan kesulitan belajar spesifik seperti disleksia dengan kesulitan belajar umumnya.

”Berbeda dengan anak dengan kesulitan belajar yang tingkat intelegensianya di bawah normal, seperti epilepsi lena atipikal, down syndrom, dan sejumlah kasus autis. Disleksia sering kali dicampuradukkan dengan gangguan belajar lainnya,” ujar Purboyo.

Sederet nama tokoh terkenal dan berpengaruh, seperti Albert Einstein (ilmuwan), Tom Cruise (artis), Orlando Bloom (artis), Whoopi Goldberg (artis), dan Lee Kuan Yew (mantan Perdana Menteri Singapura), tercatat menderita disleksia.

Riyani T Bondan, Ketua Asosiasi Disleksia Indonesia, mengungkapkan, di dunia, 10 hingga 15 persen anak sekolah menyandang disleksia. Dengan jumlah anak sekolah di Indonesia sekitar 50 juta, diperkirakan 5 juta di antaranya mengalami disleksia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com