Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah RI Harus Tegas pada Malaysia

Kompas.com - 16/08/2010, 16:48 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sejumlah kalangan mendesak pemerintah bersikap tegas menyikapi kasus penahanan atas tiga petugas patroli pengawasan perikanan RI oleh kepolisian Malaysia sejak tanggal 13 Agustus 2010.

Tiga petugas patroli pengawas perikanan, yakni Asriadi (40), Erwan (37), dan Seivo Grevo Wewengkang (26), ditangkap saat menggiring lima kapal ikan Malaysia yang diduga mencuri ikan di perairan Tanjung Berikat, Bintan. Mereka kini berada di kantor polisi Johor Baru, Malaysia. Sementara itu, tujuh anak buah kapal (ABK) ikan asal Malaysia saat ini ditahan di Kepolisian Resor Batam.

Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) Riza Damanik, di Jakarta, Senin (16/8/2010), mengemukakan, upaya tiga petugas patrol pengawasan perikanan Batam untuk melakukan pengawasan perairan telah sesuai dengan Konvensi Hukum Laut Internasional (UNCLOS) 1982 Pasal 111 tentang Hak Pengejaran Seketika.

Pakar hukum kelautan Hasyim Djalal menilai, tindakan Malaysia yang menangkap petugas patroli Pemerintah Indonesia adalah pelanggaran. Berdasarkan hukum laut internasional, kapal patroli Malaysia tidak boleh melakukan pengejaran sampai ke perairan teritorial Indonesia.

Ia menambahkan, hingga saat ini belum ada perjanjian RI-Malaysia tentang penentuan garis batas perairan antara Bintan dan Johor. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia harus segera melakukan identifikasi locus delicti atau tempat kejadian kejahatan guna memastikan pelanggaran wilayah yang dilakukan pihak Malaysia.

Berdasarkan Pasal 27 dan 29 UU Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan, pemilik kapal ikan Malaysia itu berpeluang dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 tahun dan denda maksimum Rp 20 miliar. (LKT)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    “Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

    Nasional
    Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

    Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

    Nasional
    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

    Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

    Nasional
    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

    Nasional
    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

    [POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

    Nasional
    Kualitas Menteri Syahrul...

    Kualitas Menteri Syahrul...

    Nasional
    Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

    Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

    Nasional
    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

    Nasional
    Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

    Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

    Nasional
    Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

    Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

    Nasional
    Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

    Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

    Nasional
    Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

    Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

    Nasional
    Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

    Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com