Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Abaikan Kereta Api

Kompas.com - 06/08/2010, 11:37 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah dinilai telah mengabaikan kereta api sebagai salah satu moda transportasi di Tanah Air. Padahal, permintaan dari masyarakat cukup tinggi.

Anggota Komite II DPD RI Bambang P Soeroso mengatakan, jika melihat luasnya wilayah Indonesia, maka seharusnya kereta api menjadi moda transportasi yang paling tepat dan menjanjikan."Di Indonesia, kereta api itu diabaikan yang sebenarnya menurut pendapat kami merupakan moda transportasi yang harusnya menjadi tumpuan pergerakan orang dan distribusi barang dan jasa," tuturnya dalam Talkshow DPD RI Perspektif Indonesia bertajuk "Kereta Api Indonesia: Antara Keselamatan dan Komersialisasi" di Gedung DPD RI, Jumat (6/8/2010).

Buktinya, lanjut Bambang, panjang rel kereta api bukannya bertambah secara signifikan, melainkan justru merosot jauh dari panjang rel pada masa Belanda.

Selain rel, juga soal lokomotif. Menurut data yang ia terima, jumlah lokomotif per tahun 2008 sebanyak 341 buah. Jumlah tersebut menurun dari data tahun 2004 yang menunjukkan bahwa jumlah lokomotif 354 buah. "Loko-nya tua-tua dan jumlahnya makin menyusut. PT KAI enggak punya anggaran. Jangankan untuk membeli, untuk memelihara saja kurang," tandasnya.

Sebelumnya, Dirjen Perkeretaapian Departemen Perhubungan Tundjung Inderawan mengakui bahwa panjang rel saat ini jauh merosot dibandingkan panjang rel pada masa Belanda. "Panjang rel peninggalan Belanda dan baru alami penurunan baik di Jawa dan Sumatera karena ada lintas yang terpaksa ditutup atau mati karena secara ekonomi sudah tidak laik," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com