Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Kupu-kupu Bersayap Ungu

Kompas.com - 31/07/2010, 05:48 WIB

Hari valentine berkumandang. Audy sudah siap dengan bingkai kaca yang berisikan 7 buah kupu-kupu bersayap keunguan. Saat jam istirahat tiba. Audy menghampiri Nik-nok. Ia memberikan bingkai kaca itu kepadanya. Gadis itu tersenyum kecil. Matanya yang sipit kian menyipit hingga tampak hanya menyerupai sebuah garis. “Ini, kupersembahkan hanya untuk kamu.” “Terimakasih, kenapa Kamu memberi aku hadiah aneh seperti ini sih?” “Karena kamu secantik kupu-kupu ini.” “Kalau tahu begitu seharusnya aku juga membawa celengan babi kepunyaanku dari rumah.” “Untuk apa?” “Ya, untuk kuberikan kepadamu?” “Kenapa?” “Karena Kamu selucu celengan babi kepunyaanku.”

Audy tersenyum kecil. Ia senang saat Nik-nok mengatakan bahwa dirinya lucu, walau ia sedikit bingung untuk membedakan apakah dirinya yang selucu babi, atau babi itu sendiri yang selucu dirinya. “Apakah kamu mau menjadi pacarku?” “Aku menjadi pacarmu?” “Maukah kamu?” “Kurasa kamu Bukan tipeku Audy.” “Lantas seperti apa tipemu?” “Mungkin yang tidak pendek dan gemuk seperti dirimu.” “Loh, bukannya Kamu tadi bilang aku selucu babi?” “Iya, tapi bukan berarti aku ingin pacaran dengan babi kan?”

Audy terdiam. hatinya jatuh ke lantai. Berdebam. Pecah. berserakan. Belum tuntas ia mengambil kepingan hatinya yang tercecer. Nik-nok mengucapkan sepatah kata. “Anyway, terimakasih ya atas bingkainya..mungkin akan ku pajang di kamarku.” Ucapnya seraya pergi meninggalkan Audy yang masih saja memungut satu persatu kepingan hatinya yang hancur. Audy sedih. Ia berlari dengan linglung layaknya babi yang sehabis ditendang. Ia masuk ke dalam kelas guna mengambil tasnya lalu beranjak pulang. Di dalam kelas ia mendapati Deni yang masih menceracau sambil menangis sesegukan. Apakah aku akan menjadi seperti dia? Tanyanya lirih dalam hati.

Audy di dalam kamar. sedang memandangi dirinya dari cermin yang cukup besar untuk memantulkan citra tubuhnya secara keseluruhan. Dalam benaknya ia berkata Tuhan apakah benar aku mirip babi? Audy percaya bahwa segala sesuatu yang diciptakan Tuhan itu baik adanya. Jadi bila benar ia disamakan dengan babi seharusnya tak menjadikan dirinya kecil hati. Toh babi juga makhluk ciptaan Tuhan bukan? pikirnya. Audy tersenyum. Ia beringsut tidur. Di dalam lelapnya ia masih saja memimpikan tujuh buah kupu-kupu bersayap ungu. Namun jumlahnya tidak lagi tujuh melainkan delapan. Satu diantaranya berparas Nik-nok.

“Sudah malam Nila, Kamu tidur saja ya..esok malam Kakek lanjutkan ceritanya.” “Lantas apa yang terjadi dengan Audy?” “Lihat sudah jam setengah sepuluh malam, Kamu sebaiknya tidur Nila, besokkan kamu sekolah.” “Bisakah Audy mendapati cinta Nik-kok?” “Sudah malam Nila..” “Aku belum mengantuk..ku mohon ceritakan aku hingga akhir cerita.” “Baiklah, tapi ingat sehabis cerita ini kamu sudah harus tidur ya?” “Baik.” Dan sang kakekpun melanjutkan ceritanya. ** Audy sadar kalau dirinya kini harus menjaga hatinya agar tidak rompal kemudian pecah. Karena ia sudah bersusah payah merekatkan setiap keping demi keping patahan hatinya selama enam bulan menggunakan power glue. Ia juga sudah mulai melupakan Nik-nok. Walau kadang ia masih sering memimpikan tujuh kupu-kupu bersayap ungu tersebut setiap malamnya. Bukan, bukan tujuh, melainkan delapan. satu diantaranya berparas Nik-nok, pun kadang ia masih sering terlihat mematut dirinya berlama-lama di depan cermin seraya berkata jauh di dalam hati Tuhan, apakah benar aku mirip babi?

Sepuluh tahun berlalu. Sepuluh tahun merupakan waktu yang cukup untuk merubah keadaan bukan? Namun ternyata ada dua hal di dunia ini yang tidak akan pernah berubah selama sepuluh tahun. Pertama, cinta Audy terhadap Nik-nok belum meluntur sama sekali. Kedua, tubuh Audy masih saja gemuk dan pendek tak ubah layaknya seperti babi. Mungkin ini yang dinamakan abadi. Sebuah rasa yang tidak akan pernah hilang dimakan oleh waktu.

Namun dalam waktu sepuluh tahun rupayanya nasib telah menjadikan Audy sebagai Top manager sebuah perusahaan milik BUMN ternama. Ia memiliki daya analisa yang tinggi sehingga mampu menaikkan profit seluruh kantor-kantor cabang di pulau jawa, Bali, dan Sumatera mencapai 10% setiap tahunnya . hal ini pula yang menjadikan Anggia bakrie sang sekretaris pribadi menaruh hati terhadap sang bos. Namun keadaan semakin rumit ketika samuel sang supir pribadi Audy turut menaruh hati terhadap Anggia.

Audy meminta samuel untuk mengantar Anggia ke sebuah biro tour and travel yang berada di selatan Jakarta guna mengambil tiket pesanannya ke Tokyo untuk menghadiri seminar yang bertajuk how to succeed suppy chain management proccess in the industry manufacture yang tengah diadakan oleh kantor pusat yang berlokasi di Jepang. Perusahaan meminta Audy untuk mengikuti seminar tersebut guna mempelajarinya untuk kemudian mengimplementasikan di perusahaan tempat ia bekerja. “Kamu nanti malam ada acara?” Tanya Samuel kepada Anggia di dalam mobil. “Memang kenapa?” “Kita jalan yuk.” “Jalan, Kemana? aku sibuk.” “Sibuk? Sibuk apalagi? Sibuk ngelayanin bos kamu itu ya?” “Kayanya kamu gak perlu tahu aku sibuk dengan apa deh. Tugas kamu hanya menyupir tok.” “Kecil ya barangnya?” “Hah?” “Maksud kamu.” “Tentu kamu sudah pernah main kan sama bos, gimana barangnya? Kecil ya?” tanya samuel seraya terkekeh.” “Kurang ajar kamu!” Hardik Anggia sembari melempar tas Louis vitton miliknya ke muka Samuel. Mobil pun oleng ke kanan. Lalu kemudian berdecit hingga berhenti. Anggia memutuskan untuk keluar dari Mobil. Berjalan menuju pedestrian dan memanggil taksi. Ia berlari dengan langkah kecil pertanda jijik dengan tingkah laku sang supir. “Bilang saja kalau kecil. Punyaku lebih panjang dan lebar!! Kita coba nanti malam ya! Kamu pasti puas!!” Teriak Samuel dari balik jendela Mobil. Anggia memutar balik badannya lantas mengacungkan jari tengah ke arah Samuel. Samuel hanya terkikik geli memerlihatkan giginya yang kekuningan. Sekuning kaus kaki miliknya yang tak kunjung diganti selama lima tahun. Di dalam taksi. Benak Anggia bertanya-tanya Kecilkah?

Di Tokyo. Di sebuah Hotel bintang lima. Audy membuka Jendela bening besar. berdiri di sebuah balkon kamarnya.tubuhnya telanjang bulat. Dirasakannya angin malam Tokyo yang menampar-nampar kedua pipi tembamnya. Ia melihat ke bawah. Tampak penis mungilnya berayun-ayun di hembuskan angin. Batinnya bertanya Kecilkah?

Di Tokyo. Di dalam Hotel, saat malam merenda, Audy tertidur. masih memimpikan tujuh buah kupu-kupu bersayap ungu. Bukan. Bukan tujuh. Melainkan delapan. satu diantaranya berparas Nik-nok.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com