Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hellen dan Pariwisata Maluku

Kompas.com - 17/07/2010, 03:21 WIB

A Ponco Anggoro dan Nasrullah Nara

Ketika pariwisata Maluku terpuruk pasca-kerusuhan tahun 1999, Hellen Sarita de Lima menggagas dihidupkannya kembali lomba kapal layar Darwin, Australia-Ambon, Maluku. Sebelum kerusuhan, lomba layar ini menjadi agenda pariwisata Maluku setiap tahun sejak 1976.

Kala itu, peserta lomba mencapai 100 kapal layar. Namun, kerusuhan membuat lomba kapal layar ini terhenti. ”Lomba kapal layar bisa menjadi pintu untuk memberi tahu turis, kondisi Maluku sudah aman,” kata Hellen tentang gagasan lomba yang berasal dari suaminya, Alexander de Lima (almarhum), skipper (sebutan kapten di kapal layar) selama 14 tahun dalam lomba kapal layar Darwin-Ambon.

Reli kapal layar itu pula yang menjadi awal terbentuknya kerja sama sister city Darwin-Ambon pada 1987. ”Saya membantu suami yang menjadi panitia acara lomba layar. Jadi, saya kenal dan tahu siapa yang harus dikontak agar lomba kapal layar itu bisa digelar lagi,” ujarnya.

Meski begitu, upaya yang dia rintis sejak 2003 itu tak mudah. Citra negatif masih saja melekat pada Maluku. Asosiasi kapal layar di Darwin yang menggelar lomba kapal layar Darwin-Ambon sebelum kerusuhan bahkan tidak mau lagi menggelar lomba tersebut. Mereka menilai situasi di Maluku tidak aman.

Asosiasi kapal layar itu memperburuk citra Maluku dengan menyebarkan selebaran berisi kondisi Maluku saat kerusuhan tahun 1999. Berita yang bersumber dari internet disebarkan kepada asosiasi kapal layar lain di Australia. Padahal, kondisi tahun 2003 sudah tak seperti pada 1999.

”Saya tidak menyerah. Niat dan tujuan saya baik. Saya yakin akan ada jalan keluar,” katanya.

Titik terang upaya Hellen terlihat pada 2005. Ketika itu, dia bertemu enam asosiasi kapal layar di Australia. Pada pertemuan tersebut, Dinah Beach Cruising Yacht Association (DBCYA) menyatakan niatnya untuk survei ke Maluku. Mereka ingin melihat langsung kondisi Maluku.

Pascasurvei, Agustus 2005, empat kapal layar dari asosiasi ini berlayar dari Darwin ke Ambon. Pelayaran di perairan Maluku yang menantang dengan ombak nan ganas membuat para peserta kapal layar puas. Pengalaman itu kian lengkap dengan keramahan warga Ambon saat menyambut mereka setibanya di Ambon.

Pengalaman itu juga yang membuat lomba kapal layar Darwin-Ambon sejauh 600 mil digelar lagi secara rutin setiap tahun. Jumlah pesertanya terus meningkat dari tahun ke tahun. Jika semula hanya empat kapal layar, pada lomba tahun ini—rencananya digelar akhir Juli—17 kapal turut serta. Setiap kapal berisi minimal lima orang. Berarti sekitar 85 turis akan masuk Maluku.

”Saya senang bisa menggelar lagi lomba ini, bisa berbuat sesuatu untuk masyarakat Maluku,” katanya.

Sokongan dana

Guna menggapai obsesi itu, Hellen mengeluarkan uang tak sedikit. Pasalnya, nyaris tidak ada sokongan dana dari pemerintah saat dia menggagas ataupun ketika lomba layar tersebut digelar.

Pemerintah pusat, melalui Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, hanya membiayai dana yang dibutuhkan untuk acara penyerahan piala Menteri Kebudayaan dan Pariwisata kepada pemenang lomba. Sedangkan Pemerintah Kota Ambon hanya membiayai dana untuk acara penyambutan peserta kapal layar. Adapun Pemerintah Provinsi Maluku sama sekali tak memberikan kontribusi dana.

”Kalau dihitung, setiap tahun saya mengeluarkan minimal Rp 20 juta dari kantong pribadi agar lomba ini terselenggara,” ujar Hellen. Uang dari kantong pribadi pula yang digunakan untuk merintis kembali digelarnya lomba kapal layar ini sejak 2003 hingga 2005.

Kiprah Hellen itu didasari keyakinan, sektor pariwisata Maluku bakal bangkit dan mampu menarik wisatawan. Ini penting guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Maluku.

Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Maluku, sebelum kerusuhan pada 1999, jumlah wisatawan ke Maluku mencapai 14.500 orang setiap tahun. Pasca-kerusuhan, jumlah turis ke Maluku 4.000-5.000 orang.

Untuk mendongkrak angka kunjungan wisata ke Maluku, dia bersinergi dengan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata mempromosikan Ambon sebagai salah satu daerah persinggahan kapal pesiar.

Pada 2008, dia sempat menjadi anggota delegasi Indonesia untuk pameran persinggahan kapal pesiar di Miami, Amerika Serikat. Ia mengedepankan keelokan bahari ”Ambon Manise”.

Kecintaan Hellen kepada dunia pariwisata muncul sejak masih duduk di sekolah dasar. ”Waktu umur 10 tahun, saya sering memakai pakaian tradisional untuk menyambut turis dari Belanda. Pengalaman itu mengenalkan saya kepada dunia pariwisata,” ceritanya.

Itu sebabnya, meski selulus perguruan tinggi Hellen menekuni profesi lain, menjadi pengacara dan kontraktor, dunia pariwisata tak pernah pupus dari hatinya. Ia pun mendirikan agen perjalanan wisata, juga menggunakan pendapatan yang diperolehnya sebagai pengacara dan kontraktor, untuk merintis dan membiayai pelaksanaan lomba kapal layar Darwin-Ambon.

Pengacara gratis

Jiwa sosialnya tidak hanya muncul untuk dunia pariwisata dengan menggelar kembali lomba kapal layar Darwin-Ambon. Namun, jiwa sosialnya itu juga tampak dalam aktivitasnya sebagai pengacara.

Sering dia berperan sebagai ”pengacara prodeo” yang menerima kasus dari orang-orang miskin. Untuk dibela Hellen, mereka tidak perlu membayar sepeser pun. Justru sebaliknya, Hellen terkadang mengongkosi mereka untuk kembali ke rumah. Sebab, mereka memang tak punya uang lagi.

”Saya tidak minta bayaran uang atau imbalan apa pun, tetapi mereka sering membayar saya dengan singkong, pisang, atau buah yang mereka punya. Saya sungguh berterima kasih dengan niat mereka itu,” katanya.

Meski sibuk sebagai pengacara, kontraktor, dan pelaku industri pariwisata, Hellen tetap mempunyai waktu untuk terlibat dalam lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang pemberdayaan perempuan. Dia ikut membantu korban kerusuhan di Maluku guna mengatasi trauma pasca-kerusuhan.

Ia juga terlibat dalam lembaga perlindungan ibu dan anak yang mengadvokasi para ibu dan anak-anak yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com