Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyakit Buta Aksara Moral Landa Bangsa

Kompas.com - 03/07/2010, 11:58 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Muhammadiyah menengarai masih banyak masalah yang dihadapi bangsa, yaitu buta aksara moral, yang justru lebih berbahaya dibanding buta aksara latin dan arab, kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin.

"Kami menengarai masalah mendasar masih melanda bangsa, yaitu masih banyak buta aksara moral," kata Din saat menyampaikan pidatonya dalam acara pembukaan Muktamar Seabad Muhammadiyah, di Yogyakarta, Sabtu (3/7/2010).

Pembukaan muktamar dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dari Madinah, Arab Saudi. Hadir dalam acara pembukaan di Yogyakarta, antara lain, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, mantan Wapres Jusuf Kalla, serta mantan Ketum PP Muhammadiyah Amien Rais.

Menurut Din, penyakit buta aksara moral tidak saja melanda masyarakat golongan menengah, tetapi juga kaum elite dan terdidik.

Penyakit buta aksara moral itu, kata Din, antara lain korupsi, makelar kasus, hingga makelar peradilan yang saat ini marak melanda bangsa Indonesia.

Muhammadiyah, kata Din, mengajak pemerintah untuk bersama-sama memberantas penyakit buta aksara moral itu, mengingat pemberantasan tidak bisa diatasi sendiri-sendiri.

"Tidak ada pihak mana pun yag bisa menyelesaikan sendiri sehingga perlu kerja sama antara pemerintah dan Muhammadiyah," kata Din.

Untuk itu, tegasnya, Muhammadiyah bersedia membantu pemerintah dan menjadi garda terdepan dalam menciptakan keadilan bangsa.

Din menilai hubungan pemerintah dengan Muhammadiyah akan tetap baik dan proporsional.

Artinya, jika pemerintah bersikap baik dan benar menjalankan konstitusi maka Muhammadiyah tidak akan segan-segan di depan mendukung pemerintah.

"Tapi kalau pemerintah melakukan penyelewengan konstitusi maka Muhammadiyah tidak akan segan melakukan koreksi," kata Din.

Dikatakannya pula, Muhammadiyah juga bersikap loyal kritis terhadap pemerintah, yaitu akan menjadi sahabat yang mau memberi koreksi jika ada penyelewengan yang dilakukan pemerintah.

"Sahabat sejati adalah yang mau memberi koreksi dan bukan sahabat yang penuh basa-basi dan selalu memuji," kata Din.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com