Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anomali Iklim, Ancaman Wereng Meningkat

Kompas.com - 22/06/2010, 04:48 WIB

Bogor, Kompas - Penyimpangan iklim memengaruhi musim kemarau yang diselingi lebih banyak hujan seperti sekarang ini menimbulkan kelembaban tinggi. Kondisi kelembaban tinggi ini menyuburkan hama tanaman pangan, seperti wereng batang coklat.

Pertumbuhan jenis hama serangga ini pada tahun 2010 hingga bulan Juni telah meningkat lebih dari tiga kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama setahun lalu.

”Revitalisasi pengendalian hama wereng batang coklat sangat dibutuhkan. Setiap pemerintah daerah harus segera membuat pos pemantauan hama ini,” kata Kepala Departemen Perlindungan Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dadang dalam konferensi pers, Senin (21/6) di Bogor.

Dadang menyebutkan, selama setahun pada 2009 lalu tercatat di Indonesia serangan hama wereng mencapai 13.122 hektar (ha), sedangkan tahun 2010 hingga Juni saja sudah mencapai 30.150 ha. Meluasnya serangan hama wereng ini merupakan indikasi adanya ancaman terhadap produktivitas padi.

Wereng merupakan jenis hama padi dengan daya rusak peringkat keempat. Hama yang paling merusak berturut-turut adalah tikus, penyakit, dan penggerek batang.

Gangguan

Secara terpisah, ahli biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dedy Darnaedi, membenarkan, peluang untuk berkembang biak jenis serangga, termasuk hama wereng, menjadi tinggi dalam kondisi kelembapan udara tinggi—di mana udara panas banyak menghasilkan uap air.

”Adanya perubahan alam seperti sekarang ini telah menimbulkan gangguan pada ekosistem yang sudah berjalan selama ini,” kata Dedy.

Menurut Dedy, anggapan yang menyatakan bahwa dengan banyaknya hujan yang menyebabkan air melimpah untuk irigasi pertanian, produktivitas diharapkan meningkat, sekarang tidak signifikan lagi.

Sekarang ini justru produktivitas bisa menurun akibat meningkatnya serangan hama. Apalagi pola tanam padi sekarang cenderung tidak diselingi dengan palawija sehingga hama tumbuh makin cepat, yang mengakibatkan semakin sulit dikendalikan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com