Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Urbanisasi di Jabar Sangat Mengkhawatirkan

Kompas.com - 03/06/2010, 12:05 WIB

Bandung, Kompas - Jumlah penduduk yang berurbanisasi di Jawa Barat dinilai tinggi dan sudah sangat mengkhawatirkan. Jika tingkat urbanisasi yang sangat tinggi terus berlanjut, diperkirakan 80 persen penduduk Jabar akan bermukim di perkotaan pada 2020.

Pengamat ekonomi dari Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Bandung, Coki Achmad Syahwier, di sela-sela seminar bertema "Perspektif Ekonomi Makro Indonesia dan Sinkronisasi Hasil Rakernas di Tampaksiring", Rabu (2/6) di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ekuitas Bandung, mengatakan, urbanisasi disebabkan industrialisasi yang terus berkembang.

"Salah satu indikator negara maju, tak dapat disangkal, yakni industrialisasinya. Akan tetapi, sektor yang sangat mencemaskan dari dampak itu adalah pertanian," katanya.

Pertanian akan semakin dianggap tak menarik, terutama bagi generasi muda yang lebih berminat untuk ke kota dan bekerja di sektor industri. Jika pertanian ditinggalkan, ketergantungan Jabar terhadap komoditas impor menjadi sangat tinggi.

"Pertanian harus dibuat menarik untuk generasi muda di desa. Buatlah hidup petani layak. Jika berjalan seimbang, pertanian seharusnya juga diindustrikan," ujar Coki.

Artinya, komoditas pertanian dapat diolah terlebih dulu sehingga petani memperoleh nilai tambah sebelum produk itu dijual atau diekspor.

Saat ini sekitar 30 persen dari jumlah penduduk Jabar atau 13 juta orang tinggal di perkotaan dan 70 persen atau 30 juta orang bermukim di pedesaan. Setiap tahun paling sedikit 150.000 orang di Jabar pindah dari desa ke kota.

Peningkatan urbanisasi ditambah pertambahan warga di perkotaan yang kian pesat karena tingkat kesejahteraan lebih tinggi akan membuat komposisi penduduk di Jabar pada masa depan tak berimbang. Dalam 10 tahun mendatang jumlah penduduk di Jabar diperkirakan sekitar 53 juta orang. Sebanyak 42,5 juta orang diperkirakan bermukim di perkotaan dan hanya 10,5 juta orang tinggal di pedesaan.

"Sangat timpang. Sektor pertanian akan telantar. Padahal, di negara-negara maju, pertanian dijadikan basis industri yang modern," kata Coki. Beberapa negara industri maju berbasis pertanian adalah Amerika Serikat, Selandia Baru, dan Jepang. 

Belum baik

Ketua Harian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Jabar Entang Sastraatmadja mengatakan, tingkat kesejahteraan petani saat ini belum cukup baik. Indikator kondisi itu adalah nilai tukar petani (NTP) yang kurang layak.

Angka NTP di Jabar pada Mei 2010 tercatat 97,19. Adapun angka yang dianggap baik paling sedikit 100. Angka pada Mei lalu pun turun dibandingkan dengan April 2010 sebesar 97,55. Melemahnya tingkat kesejahteraan itu disebabkan penurunan indeks yang diterima petani sebesar 0,22 persen, sementara indeks yang dibayar naik 0,15 persen.

Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengungkapkan, Pemerintah Provinsi Jabar berupaya menekan urbanisasi dengan perbaikan infrastruktur, terutama jalan, jembatan, dan irigasi. Sasaran langkah tersebut ialah membangkitkan sektor-sektor riil di pedesaan sekaligus mencegah lonjakan pengangguran.

Menurut Ketua Tim Penggerak PKK Jabar Netty Heryawan, urbanisasi menyebabkan masalah sosial, salah satunya penumpukan sampah. Urbanisasi yang tak terkendali membuat volume sampah sangat tinggi. (bay)

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com