Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sugeng Kondur Eyang Gesang...

Kompas.com - 21/05/2010, 06:53 WIB

Oleh Jodhi Yudono

KOMPAS.com — Gesang memang telah pergi. Tetapi nama dan karya-karyanya akan tetap abadi, selama bangsa ini masih suka bernyanyi. Dan "Bengawan Solo" adalah sebuah lagu yang punya kans untuk tetap dinyanyikan di segala zaman. Mafhumlah sebab lagu Gesang, "Bengawan Solo", misalnya, adalah lagu dengan notasi dan struktur lagu yang bersahaja sehingga orang akan gampang mengingat dan menyanyikannya. Di samping itu, syair yang terdapat pada lagu tersebut juga kontekstual di segala waktu.

Simaklah ini:
Bengawan Solo
Riwayatmu ini
Sedari dulu jadi...
Perhatian insani

Musim kemarau
Tak seberapa airmu
Di musim hujan air..
Meluap sampai jauh

Mata airmu dari Solo
Terkurung gunung seribu
Air mengalir sampai jauh
Akhirnya ke laut

Itu perahu
Riwayatnya dulu
Kaum pedagang selalu...
Naik itu perahu

Syair "Bengawan Solo" adalah sebuah realitas yang terus berlangsung dari dulu hingga kini. Dia menjadi fakta tak terbantahkan meski lagu tersebut telah berusia 70 tahun.

Dari dulu hingga sekarang, sungai ini menjadi perhatian masyarakat. Sebab, Bengawan Solo adalah sungai terpanjang di Pulau Jawa dengan dua hulu sungai, yaitu dari daerah Pegunungan Kidul, Wonogiri, dan Ponorogo, selanjutnya bermuara di daerah Gresik. Sungai ini panjangnya sekitar 548,53 kilometer dan mengaliri dua provinsi, yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di samping banjir yang tiap tahun saban musim hujan tiba, seperti yang dilukiskan oleh Gesang dalam lagunya.

Lagu dan syair Gesang adalah sebuah kesatuan yang lahir dari kecerdasan manusia bernama Gesang yang peka dengan sekitarnya. Dia adalah pemotret sekaligus pencatat peristiwa yang baik dan lalu menceritakannya dengan lugas ke orang lain melalui lagu. Maka, seperti para musisi legendaris lainnya, "cerita" Gesang melalui karya-karya lagunya pun menjadi bagian dari sejarah perjalanan umat manusia.

Gesang dilahirkan di Solo, 1 Oktober 1917, putra kelima dari pasangan Ny Sumidah dengan Martodihardjo. Gesang terlahir dengan nama asli Sutardi. Karena sering sakit-sakitan, namanya diganti menjadi Gesang, yang artinya "hidup".

Ibu kandung Gesang, Ny Sumidah, telah meninggal dunia ketika maestro keroncong ini berusia lima tahun. Gesang hanya sempat mengenyam pendidikan formal di Sekolah Rakyat Ongko Loro sampai kelas lima.

Semasa mudanya Gesang adalah penyanyi pada Orkes Keroncong "Kembang Kacang" pimpinan Supinah. Di orkes inilah bakat Gesang sebagai penyanyi dan pencipta lagu berkembang.

Setiap lagu baru yang dihasilkannya, Gesang meminta kepada salah seorang pemain Orkes Keroncong Kembang Kacang untuk dimainkan pada gitar atau piano. Gesang mengaku bahwa ia kurang menguasai teori musik.

"Kalau menciptakan lagu, kira-kira dulu dalam pikirannya, hanya liriknya yang ditulis, kemudian ia meminta kepada teman untuk memainkan melodinya dengan alat musik," tuturnya.

Ya, Gesang adalah prototipe komposer yang tidak pandai memainkan musik. Jenis pencipta seperti Gesang ini, kita mengenal ada Titiek Puspa, Eros Djarot, dan Melly Goeslaw. Meski tak pandai bermusik, adakah dari kita yang menyangsikan keindahan dari lagu-lagu yang mereka ciptakan?

Lantaran tidak pandai memainkan instrumen musik itulah, lagu yang lahir dari mereka justru lebih murni dibanding mereka yang membuat lagu melaui alat bantu instrumen musik yang suka menjebak komposer pada format tempo dan alur melodi yang ke itu-itu saja. Pada beberapa lagu karya Melly, malah bisa kita dapati betapa istri Anto Hoed ini sangat liar dalam berimajinasi. Betapapun, imajinasi memang memiliki ruang yang lebih luas dibanding instrumen musik itu sendiri.

Kini Gesang memang telah tiada. Lagu dan musisi boleh datang dan pergi meramaikan jagat permusikan negeri ini. Tetapi nama Gesang dan lagu "Bengawan Solo" akan terus dikenang. Nama Gesang dan lagu "Bengawan Solo" terus menemani perjalanan bangsa ini, entah sampai kapan. Tidak ada yang bisa menolak keniscayaan ini sebab Gesang serta "Bengawan Solo" telah meruang dan mewaktu menjadi teman sekaligus pelipur lara bangsa ini.

Selamat jalan Gesang. Sugeng kondur, Eyang Gesang....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com