Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memahami Kerawanan Bencana di Indonesia

Kompas.com - 16/04/2010, 13:15 WIB

Oleh Nina Susilo

Kapal Motor Mandiri tenggelam. Namun, sebelumnya kapal ini sempat memancarkan sinyal darurat yang ditangkap pesawat patroli TNI Angkatan Laut Cassa NC-212. Pesawat ini pun segera mencari korban dari kapal tenggelam itu.

Anggota TNI AL dari Wing Udara Armatim menyisir permukaan laut dengan pesawat Cassa serta heli Bolcow-105 milik Badan SAR Nasional (Basarnas).

Ketika korban ditemukan, sekoci (life raft) dijatuhkan dari pesawat Cassa. Sementara itu, penyelam dari Dinas Selam Bawah Air (Dislambair) Armatim terjun dari helikopter untuk membantu para korban naik ke sekoci.

Identifikasi korban dilakukan. Korban paling kritis diangkut lebih dulu dengan helikopter menggunakan jaring penyelamat (rescue net), sedangkan korban yang masih sadar menggunakan hoist collar atau diangkut sekoci ke KRI dr Soeharso, satu-satunya kapal rumah sakit milik Indonesia.

Tim medis sudah siap dan segera menangani korban. Ketika tidak bisa ditangani, korban dibawa helikopter ke RSAL dr Ramelan. Adapun korban lain dirawat di KRI dr Soeharso sambil menuju ke pangkalan terdekat di Surabaya.

Kejadian ini bukan sebenarnya, melainkan latihan SAR yang diselenggarakan TNI AL bersama Basarnas di perairan sekitar 10 mil utara Pulau Madura di buoy 5, Kamis (15/4).

Perlu dibiasakan

Simulasi penanganan korban kapal tenggelam atau bencana mutlak perlu di Indonesia. Selain berada di kawasan rawan bencana, banyak kapal di dunia pelayaran Indonesia kurang layak dan tidak memenuhi standar keamanan.

Ketika menghadapi kondisi yang lebih parah, seperti pada kasus tenggelamnya KM Senopati Nusantara akhir 2006, kata Komandan Satuan Tugas Latihan SAR Kolonel Laut (P) Sutaryono, semua potensi SAR dari Basarnas, TNI AL, polisi, atau institusi swasta harus cepat digerakkan dalam satu kendali.

Masalahnya, menurut Komandan Satuan Kapal Bantu Armada RI Kawasan Timur ini, karena wilayah Indonesia luas, menggerakkan potensi SAR ini memakan waktu. Kapal rumah sakit, misalnya, hanya KRI dr Soeharso yang dimiliki masyarakat Indonesia.

Sementara itu, koordinasi menjadi masalah tersendiri, tetapi bisa diatasi dengan latihan rutin bersama. Menangani korban dengan berbagai peralatan seperti tandu Neil Robinson (NR), hoist collar, resque net, dan tandu air perlu dibiasakan supaya tidak gugup ketika musibah benar-benar terjadi.

Hal ini dibenarkan Kepala Subseksi Latihan Basarnas Surabaya Gatot Ibnu Wibisono. Latihan rutin, menurut dia, membuat Basarnas dan berbagai institusi masyarakat siaga dan lebih terampil.

Koordinator tim medis latihan SAR, Kolonel Laut (K) dr Arie Zakaria SpOT FICS, menegaskan tim penolong yang mencari korba juga harus mampu mengidentifikasi korban paling kritis yang perlu dibawa lebih dulu ke rumah sakit terdekat.

TNI AL sendiri selalu bersiap menangani bencana sebab hal ini rawan terjadi di Indonesia. Selain itu, operasi militer selain perang adalah bertugas di daerah bencana. Karenanya, TNI dan Basarnas umumnya menjadi yang terdepan dalam menangani korban bencana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com