Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Asuransi Kesehatan yang Tepat

Kompas.com - 05/04/2010, 07:05 WIB

Ayah saya pemegang polis suatu asuransi kesehatan. Beliau telah menggunakannya beberapa kali dan lumayan dapat mendukung pembiayaan kesehatannya. Saya tertarik untuk masuk asuransi kesehatan dan telah mencoba melihat beberapa brosur asuransi yang sesuai dengan kebutuhan saya. Saya memerlukan lindungan biaya asuransi untuk rawat jalan maupun rawat inap. Saya bersedia membayar premi yang disyaratkan asalkan semua kebutuhan saya dapat dipenuhi.

Saya seorang ayah dengan dua anak. Istri juga bekerja, sedangkan anak masih kecil berusia lima dan tiga tahun. Pada umumnya asuransi kesehatan yang saya dapatkan hanya membiayai pengeluaran untuk kuratif. Kami ingin juga mendapat perlindungan biaya untuk pemeliharaan kesehatan, termasuk pencegahan penyakit. Sekarang cukup banyak vaksin yang bermanfaat untuk mencegah penularan penyakit seperti vaksin hepatitis B, hepatitis A, influenza, dan untuk istri saya human papilloma virus.

Namun, sayang sekali kebanyakan asuransi tidak membiayai upaya untuk mencegah penyakit ini. Selain itu, saya agak heran ada asuransi yang hanya membiayai biaya rawat inap. Sudah tentu kebijakan ini akan memboroskan biaya dan juga menjadikan peserta yang sebenarnya hanya perlu rawat jalan menjadi harus dirawat inap. Saya juga memerhatikan ada penyakit-penyakit yang tak dibiayai oleh asuransi, termasuk salah satunya HIV/AIDS. Ini mengherankan karena HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan yang semakin nyata di negeri kita, tetapi asuransi justru tak membiayainya.

Ketika saya tanyakan kepada petugas dijawab bahwa HIV/AIDS merupakan penyakit yang dicari sendiri karena peserta tertular akibat perilaku yang kurang baik. Saya sungguh heran dalam era informasi yang terbuka seperti ini salah satu stakeholder kesehatan yang penting, yaitu perusahaan asuransi, masih belum memahami penularan HIV/AIDS. Juga sebenarnya penyakit jantung, stroke, dan diabetes melitus juga disebabkan perilaku yang kurang sehat.

Saya memang hanya calon peserta asuransi kesehatan, tetapi saya amat berharap sektor pembiayaan kesehatan kita berkembang dengan baik. Kita berharap semakin banyak orang sakit yang dilindungi dengan asuransi sehingga sakit tidak perlu menjadi beban keluarga yang berat. Saya juga mendambakan agar perusahaan asuransi mulai mengubah paradigma lebih membiayai upaya pemeliharaan kesehatan dan pencegahan ketimbang upaya kuratif. Kenapa asuransi bersedia membiayai penyakit sirosis hati, tetapi tak mau membiayai vaksinasi hepatitis B yang jauh lebih murah dan memberi manfaat pencegahan bagi peserta asuransi? Apakah ada upaya profesi kesehatan untuk berkomunikasi dengan perusahaan asuransi sehingga perusahaan asuransi di Indonesia dapat berkontribusi meningkatkan taraf kesehatan masyarakat secara nyata?

HT di J

Jawab

Niat Anda sekeluarga untuk menjadi peserta asuransi kesehatan merupakan niat yang baik. Kita sering mendengar jika ada anggota keluarga yang sakit apalagi jika sampai dirawat di rumah sakit, biaya perawatan dapat menguras tabungan keluarga bahkan dapat menyebabkan keluarga berutang.

Biaya kesehatan di seluruh dunia memang terus meningkat. Tak heran kebijakan Barack Obama mengenai jaminan kesehatan di Amerika Serikat menjadi isu hangat karena menyangkut kepentingan orang banyak. Keluarga Indonesia sudah mulai menyediakan dana untuk pendidikan dan kesehatan. Salah satu cara adalah dengan menjadi peserta asuransi. Namun, jumlah peserta asuransi kesehatan di negeri kita masih relatif kecil, masih sekitar 70 persen masyarakat membayar biaya berobat dari kantongnya sendiri karena tidak dilindungi oleh asuransi.

Kita bergembira bahwa jaminan sosial nasional sebentar lagi akan terwujud. Kita berharap melalui jaminan sosial ini biaya yang harus dipikul keluarga jika sakit akan berkurang. Memang perusahaan asuransi lebih merupakan lembaga keuangan daripada lembaga kesehatan. Namun, kita memang berharap peran perusahaan asuransi kesehatan akan semakin meningkat dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com