Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menanti Pluralis Pengganti Gus Dur

Kompas.com - 29/03/2010, 16:08 WIB

Malang, Kompas - Masyarakat merindukan sosok pluralis yang tidak membeda-bedakan status, kasta, ataupun agama. Sosok semacam itu selama ini muncul dalam diri almarhum KH Abdurrachman Wahid alias Gus Dur.

Kerinduan tersebut terungkap dengan pameran lukisan 100 hari Gus Dur yang diselenggarakan Lestari Fine Art Malang. Pameran bertajuk "Cermin Ekspresi Seorang Tokoh Sejati" tersebut memajang 191 karya 135 pelukis dari 10 kota/kabupaten di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Karya-karya tersebut dipamerkan di lantai III Mal Olympic Garden (MOG) Malang, 28 Maret - 1 April 2010.

Selain memamerkan karya-karya jadi seniman lukis, juga dilakukan demonstrasi melukis wajah Gus Dur secara langsung oleh seniman lukis asal Surabaya, Asri Nugroho.

"Saya berharap ada penerus Gus Dur pada generasi-generasi selanjutnya agar ide-ide pluralisnya, kedekatannya dengan rakyat kecil, sikapnya yang tidak membeda-bedakan suku atau agama, bisa menjadi salah satu pilar yang akan memajukan bangsa ini," tutur Lianawati, salah seorang pelukis yang karyanya turut dipamerkan, Minggu (28/3) di Malang.

Sebagai pelukis keturunan Tionghoa asal Kertosono, ia mengenal Gus Dur sebagai sosok yang dekat dengan keturunan Tionghoa. "Beliau tidak melihat kami sebagai warga keturunan. Namun, beliau bergaul dengan kami sama seperti dengan rakyat kebanyakan," ujarnya.

Semangat dan perilaku seperti itu, menurut Lianawati, merupakan salah satu kunci memajukan bangsa Indonesia.

Penghargaan

Titik Lestari, penyelenggara pameran menuturkan, tujuan pameran adalah untuk memberi penghargaan kepada Gus Dur sebagai seorang seniman sekaligus budayawan. "Kami seniman lukis ingin menghargai jasa-jasa beliau melalui karya. Memotret Gus Dur baik sebagai lelaki, sebagai pemimpin, sebagai tokoh agama, dan sebagainya," ujar Titik.

Hal yang terpenting, menurut Titik, dengan terselenggaranya pameran itu diharapkan akan terjadi transformasi konsep-konsep pemikiran Gus Dur. Pemikiran sebagai seorang humanis, humoris, cendekiawan, tokoh agama, dan sebagainya.

"Pemikiran-pemikiran tersebut merupakan ilmu hidup yang bisa diwarisi generasi penerus. Dengan mewarisinya, semoga bangsa kita akan menuju arah yang lebih baik di semua bidang, utamanya dalam hubungan bersaudara dan bermasyarakat," tutur Titik.

Dalam pameran itu sosok Gus Dur ditampilkan dalam berbagai pose dan kegiatan. Mulai dari Gus Dur sebagai kepala keluarga saat berembug dengan istrinya, Sinta Nuriyah Wahid (menggambarkan Gus Dur dekat dengan keluarga dan dihormati sebagai kepala keluarga), Gus Dur digambarkan menjadi semar dalam karya lukis Supriono (menunjukkan Gus Dur adalah seorang pemimpin dan dengan dunia seni budaya), serta lukisan 100 hari Gus Dur Sowan Gusti Yesus karya Bondan Wahjoedi (menunjukkan bahwa Gus Dur adalah sosok yang menghormati orang dengan agama berbeda). (DIA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com