Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertarungan Gagasan Calon di Muktamar NU

Kompas.com - 26/03/2010, 08:26 WIB

Apabila dipercaya menjadi Ketua Dewan Tanfidziyah PBNU, Said bertekad membawa NU kembali ke pesantren yang menjunjung tinggi agama, akhlak, kesederhanaan, dan kemandirian. ”NU akan menjadi besar apabila meninggalkan politik praktis,” ungkap Said yang sekarang Ketua PBNU itu.

KH Salahuddin Wahid

KH Salahuddin Wahid yang akrab disapa Gus Solah mengaku tidak pernah berkeinginan menjadi kandidat ketua Dewan Tanfidziyah PBNU. Namun, desakan sejumlah kiai sepuh di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat membuat Gus Solah berubah pikiran. ”Saya akan bertarung habis-habisan guna menjalankan amanah kiai sepuh,” tuturnya.

Apabila dipercaya menjadi Ketua Dewan Tanfidziyah, Gus Solah bertekad membawa NU fokus pada kegiatan sosial, pendidikan, dakwah, dan peningkatan kesejahteraan ekonomi umat.

”Saya ingin menggarap sektor ekonomi secara serius karena di sinilah letak kelemahan kepengurusan-kepengurusan PBNU sebelumnya,” ungkap Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, ini. Gus Solah juga beranggapan, NU harus dijauhkan dari politik praktis. Dengan menjauhkan diri dari politik, NU pun akan lebih mudah kembali ke Khittah 1926.

Slamet Effendy Yusuf

Slamet Effendy Yusuf maju sebagai Ketua Umum Tanfidziyah PBNU dengan modal dorongan banyak kiai NU, sesepuh, guru, teman, serta pimpinan wilayah dan cabang. ”Saya punya pengalaman ikut mengelola organisasi besar di luar NU yang memiliki model pengorganisasian yang modern,” kata Ketua Majelis Ulama Indonesia ini.

Ia menilai, persoalan NU sekarang adalah terkait konsistensi pada Khittah NU. ”Saya melihat, pengurus sering terjebak melibatkan NU ke politik praktis yang tidak dibenarkan Khittah,” ujar mantan Ketua DPP Partai Golkar ini.

Jika terpilih, Slamet berjanji akan melaksanakan program muktamar. Tetapi, ia punya visi yang akan menuntun arah pelaksanaan program. Pertama, penguatan wawasan Islam ala Ahlussunnah Wal Jamaah, wawasan Islam NU. Kedua, penguatan organisasi dan, ketiga, penguatan program. ”Saya memilih program pendidikan, pelayanan sosial, peningkatan ekonomi, kaderisasi, dan memperkokoh jaringan NU,” katanya.(NTA/MZW/RIZ/SSD)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com